Jumat, 24 Juli 2009

askep katarak

BAB II
KONSEP DASAR
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. DEFINISI
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran. (Brunner & Suddarth,2002;1996)

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yag dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. ( Mansjoer,2000;62 )

Katarak adalah terjadinya opasitas secara progesif pada lensa atau kapsul lensa,umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang lebih dari 65 tahun. ( Doenges,2000;412)

Klasifikasi katarak
1. Katarak kongenital
Katarak ini terjadi akibat kelainan lokal intraokuler atau kelainan umum yang merupakan proses penyakit pada janin dan dapat terjadi bersamaan dengan proses penyakit ibu yang sedang mengandung seperti pada rubiza.

Macam katarak kongenital:
a. Katarak lumelar / zonular
Katarak ini bersifat herediter,ditransmisikan secara dominan,bilateral,dan terlihat setelah lahir. Kekeruhan dapat menutupi pupil. Bila tidak dilakukan dilaasi pupil sering mengganggu penglihatan. Bila kekeruhan sangat tebal sehingga fundus tidak dapat dilihat pada pemeriksaan oftalmoskopi,maka perlu dilakukan aspirasi atau irigasi lensa.
b. Katarak polaris posterior
Disebabkan oleh menetapnya selubung vaskuler lensa,kadang-kadang tiap arteri hialoid yang menetap sehingga mengakibatkan kekeruhan lensa bagian belakang. Pengobatan dengan pembedahan lensa.
c. Katarak polaris anterior
Terjadi saat kornea belum seluruhnya melepaskan lensa dalam perkembangan embrional, mengakibatkan terlambatnya pembentukan bilik mata depan, didapatkan suatu bentuk kekeruhan dalam bilik mata depan yang menuju kornea sehingga memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti pyramid, dan berjalan progesif.Pengobatannya tergantung keadaan kelainan. Bila tidak terlihatnya fundus pada pemeriksaan oftalmoskopi maka dilakukan pembedahan.
d. Katarak inti (Nuclear )
Kekeruhan didaerah nucleus lensa,bentuk kekeruhan seperti bintik-bintik yang terlihat bilateral dan berjalan tidak progesif serta tidak mengganggu penglihatan . bersifat herediter atau dominan.
e. Katarak sutural
Kekeruhan lensa didaerah sutura fetal,terjadi bilateral,bersifat statis,dan familial, tidak mengganggu penglihtan karena tidak mengenai media penglihatan.
2. Katarak senile
Katarak ini berhubungan dengan bertambahnya umur dan berkaitan dengan proses penuaan yang terjadi didalam lensa. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya nucleus dengan berkembangnya lapisan korteks lensa. Katarak ini sudah tamapak sejak terjadi pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadi skleosis lensa yang timbul pada usia decade 4 dalam bentuk presbiopia. Macamnya
a. Katarak Nuclear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Inti yag putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudian menjadi hitam disebut katarak Brunesen / nigra.


b. Katarak kortikal
Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Penderita merasa mendapat kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.
2. Katarak Kupuliforit
Terlihat pada stadium dini katarak kortikal / nuclear. Kekeruhan terletak dilapisan korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring. Makin dekat letaknya terhadap kapsul makin cepat bertambahnya katarak.
3. Katarak komplikata
Suatu bentuk kekeruhan lensa akibat penyakit lain tapi bisa pula penyakit intraokuler ( Iridosiklitis,gloukoma,ablasi retina,myopia tinggi ) dan biasanya mengenai suatu mata.
Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum akan mengenai kedua mata walau tidak bersamaan. Katarak ini timbul pada usia yang lebih muda. Kelainan umum yang dapat menimbulkan katarak adalah Diabetes Melitus,Hipoparatyroid, Miotonia distrofi dan Titani Infantile. Pengilahan dilakukan bila sudah mengganggu pekerjaan sehari-hari.
4. Katarak Sekunder
Terjadi setelah beberapa bulan setelah ekstraksi katarak ekstra kapsuler atau setelah emulsifikasi. Berupa penebalan kapsul posterior akibat ploriferasi sel-sel radang pada sisa-sisa korteks yang tertinggal. Bila mengganggu tajam penglihatan,penepalan tersebut dibuka dengan sayatan sinar laser ( photo desruption) memakai alat.
5. Katarak Suvenil
Terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft carahast. Pembedahan dilakukan apabila diperkirakan akan menimbulkan anbliopia.
6. Katarak trauma
Terjadi akibat rudapaksa tumpul atau tajam ( Ilyas,2000 ) cukup untuk mendorong tumor vitreus masuk kekapsul lensa ( Nettina,2002;43 ) pengobatan bila tidak terdapat penyulit dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Penyulit yang dapat terjadi dalam bentuk gloukoma akibat lensa yang mencembung atau uveitis akibat masa lensa

2. ETIOLOGI
Penyebab dari katarak adalah usia lanjut ( senile ) tapi dapat terjadi secara congenital akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetic, dan gangguan perkembangan, kelainan sistemik, atau metabolic, seperti diabetes melitus, galaktosemi, atau distrofi mekanik, taumatik: terapi kortikosteroid, sistemik, rokok, dan konsumsi alcohol meningkatkan resiko katarak. ( Mansjoer,2000;62 )
Penyebab utama katarak adalah penuaan. Anak dapat menerima katarak yang biasanya merupakan penyakit yang sedang diturunkan, peradangan dalam kehamilan. Faktor lain yaitu diabetes mellitus dan obat tertentu, sinar UVB dari cahaya matahari, efek racun, rokok, dan alkohol,gizi kurang vitamin E dan radang menahun didalam bola mata, serta adanya cidera mata. ( Ilyas,1997;10 )
Katarak biasanya proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran ( katarak congenital ) dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam / tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis,seperti dibetes mellitus atau hiperparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan yang lam sinar matahari ( sinar ultraviolet ) atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior. ( Smeltzer,2002;1996 )

3. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan yang timbul adalah penurunan tajam penglihatan secara progesif dan penglihatan seperti berasap, pupil dilatasi, retina sulit dilihat, refleks fundus tidak ada, pupil berwarna putih.
( Mansjoer,2000;62 )
Tanda dan gejala katarak yang muncul adalah penglihatan tidak akan terjadi jernih, penurunan tajam penglihatan, membaca menjadi sukar dan mengendarai kendaraan dimalam hari akan silau terhadap sinar yang datang, penghalang seperti terhalang tabir yang makin lama makin tebal, melihat ganda sebuah benda dan tidak terasa sakit. ( Ilyas,1997; 11-12 )
Keluhan–keluhan pasien katarak adalah:
1. Kemunduran ketajaman penglihatan secara perlahan-lahan, mata silau, penglihatan seperti terhalang asap yang makin lama makin tebal. Suatu saat hanya mampu membedakan gelap dan terang.
2. Mata tidak merah dan tidak ada keluhan sakit
3. Pasien lebih senang berada ditempat dengan penerangan yang kurang.

4. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan berbentuk seperti kancing baju, meempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, diperifer terdapat korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya trnsparasi. Perubahan pada serabut halus multiple ( zonula ) yang memajang dari badan silier kesekitar daerah diluar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan kimia dalam perubahan lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya keretina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu tranmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalm melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda, dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes. Namun sebenarnya katarak merupakan konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang kronik dan “ matang “. Ketika orang memasuki dekade ketujuh katarak bersifat kongenital dan harus diindentifikasi awal karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes dan asupan antitoksin dan yang kurang dalam jangka waktu yang lama. ( Brunner & Suddarth,2002;1997)

5. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kartu nama snellen / mesin telebinokuler ( tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan ) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akvesus atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau penglihatan keretina atau jalan optik.
2. Lapang penglihatan. Penurnan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri serebral, gloukoma.
3. Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler ( TIO ) normalnya 12-25 mmHg.
4. Pemeriksaan oftalmoskopi. Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
5. Darah lengkap, laju sedimentasi ( LED ). Menunjukkan anemia sistemik atau infeksi.
6. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk memastikan aterosklerosis.
7. Tes toleransi glukosa ( FBS ). Menunjukkan adanya atau kontrol diabetes. ( Marilyn E. Doenges,2000 )

Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit, dan oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound ( Echograpy ) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel / mm3, pasien ini merupakan kandidat untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL. ( Brunner & Suddarth, 2002 )

6. KOMPLIKASI
Meskipun terjadi perbaikan pengembalian kepandangan penuh yang sempurna pada ekstraksi katarak dan implantasi, ada juga yang komplikasinya. Kerusakan endotel kornea, sumbatan pupil, gloukoma,perdarahan, fistula luka operasi, edema makula sistoid, pelepasan koroid, uveitis dan endoftalmitis. Dapat diubah posisinya kembali dengan pemberian tetes mata dilator, diikuti dengan pemberian posisi kepala dan diakhiri dengan tetes mata konstriktor, atau pasien memerlukan pembedahan lagi untuk mereposisi atau mengangkat IOL.

Komplikasi yang umum terjadi pada pembedahan adalah pembentukan membran sekunder, yang terjadi sekitar 25 %pasien dalam 3 sampai 36 bulan setelah pembedahan. Membran yang terbentuk sering disalah artikan dengan opafikasi kapsul posterior atau katarak sekunder. Membran ini dibentuk sebagai akibat proliferasi sisa epitel lensa. Dapat mempengaruhi penglihatan dengan mengganggu masuknya cahaya dan meningkatkan terjadinya disabilitas silau. Dapat dibuat lubang melalui membran ( kapsulotomi ) dengan jarum atau laser ( laser yag ) untuk mengembalikan penglihatan. ( Brunner & Suddarth,2002 )

7. PENATALAKSANAAN
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan laser. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik dicapai 20 / 50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Dengan menggunakan anesthesia lokal. Macam pembedahannya ada 2 macam yaitu Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler dan Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler.
Fakoemulsifikasi merupakan penemuan terbaru pada EKEK, tehnik ini memerlukan penyembuhan yang paling pendek dan penurunan insidensi astigmatisme pasca operasi. Kedua tehnik irigasi-aspirasi dan fakoemulsifikasi dapat mempertahankan kapsula posterior yang nantinya digunakan untuk penyangga IOL. Pengangkatan lensa dapat dilakukan dengan salah satu dari 3 metode; kacamata apakia, lensa kontak, implant IOL. ( Brunner & Suddarth, 2002 )
Penanganan tindakan pembedahan dengan mengangkat lensa merupakan penanganan katarak yang sering dilakukan, biasanya disertai dengan pemasangan lensa intraokuler. Jika pemasangan lensa intraokuler tidak dilakukan, pasien perlu menggunakan kacamata dengan lensa yang tebal untuk menggantikan fungsi lensa yang sudah diangkat tersebut. Perkembangan dramatis telah terjadi dalam tindakan operasi pengangkatan lensa pada saat sekarang ini. Karena tindakan ini merupakan prosedur bedah untuk pasien rawat jalan dan dapat dikerjakan selama 3-4 jam. Ada 2 jenis ekstraksi lensa yaitu intracapsuler extraction adalah pengangkatan keseluruhan lensa dan exstracapsuler extraction adalah pengangkatan lensa tanpa kapsul. ( Charlene J. Reeves,1999;7 )







B. PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah primer pasien. Seperti kesulitan membaca, pandangan mata kabur, rasa terbakar pada mata, mata basah, pandangan ganda, bercak dibelakang mata, atau hilangnya derah penglihatan soliter ( Skotoma, myopia, hiperopia ). Perawat harus menentukan apakah masalahnya hanya mengenai satu atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini.
Juga penting untuk mengekplorasi keadaan atau status okuler umum pasien: Apakah ia mengenakan kacamata atau lensa kontak? Dimana mereka terakhir dikaji? Apakah pasien sedang mendapat asuhan teratur seorang oftalmologi? Kapan pemeriksaan mata terakhir? Apakah tekanan mata diukur? Apakah pasien mengalami kesulitan melihat ( focus ) pada jarak dekat atau jauh? Apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi? Bagaimana dengan masalah membedakan warna, atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer? Apakah pasien pernah mengalami cidera mata atau infeksi mata? Bila ya, kapan? Masalah mata apa yang terdapat dalam keluarga pasien?.
Riwayat mata yang sangat penting. Penyakit apa yang terakhir diderita pasien?

- Masa kanak-kanak – strabismus, ambliopia, cedera ?
- Dewasa- gloukoma, katarak, cedera atau trauma mata, kesalahan refraksi yang dikoreksi, dan bagaimana bentuk koreksinya? Adakah pembedahan mata sebelumnya? Apakah ada diabetes? Hipertensi, gangguan tiroid, gangguan menular seksual, alergi,
- Penyakit kardiovaskuler dan kolagen, kondisi neurologik?
- Penyakit keluarga- adakah riwayat kelainan mata pada family derajat pertama atau kakek-nenek?
Pemahaman pasien mengenai perawatan dan penatalaksanaan mata harus digali untuk mengindentifikasi kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal. ( Brunner & Suddarth,2002;2020 )

Pola fungsional yang digunakan yaitu pola fungsional menurut Virginia Henderson karena teori keperawatan Virginia Henderson ( Harmer & Henderson,1995 ) mencakup seluruh kebutuhan dasar manusia Henderson ( 1964 ) mendefinisikan keperawatan sebagai:
Membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya dimana indivividu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kemandiriannya secepat mungkin.
14 kebutuhan dasar Henderson memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan ( Henderson, 1996 )

1. Bernafas dengan normal
Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sebagai alat bantu klien agar dapat bernafas dengan normal dan kemampuan mendemonstrasikan dan menjelaskan pengaruhnya kepada klien. Perawat harus waspada terhadap tanda-tanda obstruksi jalan nafas dan siap memberikan bantuan dalam keadaan tertentu.
2. Kebutuhan akan nutrisi ( makan dan minum cukup )
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat badan yang normal. Kebutuhan nutrisi yang diperlukan pemilihan dan penyediaan makanan. Pendidikan kesehatannya akan berhasil apabila diperhatikan latar belakang cultural dan sosial klien. Untuk itu perawat harus mengetahui kebiasaan, kepercayaan klien tentang nutrisi. Disamping perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang nutrisi dan tumbuh kembang.

3. Kebutuhan Eliminasi
Perawatan dasarnya meliputi semua pengeluaran tubuh, perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran dan frekuensi pengeluaran, yang meliputi keringat, udara yang keluar saat bernafas.
4. Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Perawat harus mengetahui tentang prinsip- prinsip keseimbangan tubuh, miring dan bersandar. Artinya perawat harus bisa memberikan rasa nyaman dalam semua posisi dan tidak membiarkan berbaring terlalu lama pada satu posisi. Perawat harus bisa melindungi pasiennya selama sakit dengan berhati-hati saat memindahkan dan mengangkat.
5. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur sebagian tergantung pada relaksasi otot, untuk itu perawat harus mengetahui tentang pergerakan badan yang baik. Disamping itu juga dipengaruhi oleh emosi ( stress ) dimana stress merupakan keadaan normal dari aktivitas kreativitas.
Dianggap patologis apabila ketegangan dapat diatasi atau tidak terkontrol dengan istirahat atau dengan secukupnya.
6. Kebutuhan Berpakaian: Berpakaian dan Melepas Pakaian
Perawatan dasarnya meliputi membantu klien memilihkan pakaian yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu untuk memakainya. Perawat tidak boleh memaksakan kepada klien pakaian yang tidak ia sukai karena hal itu dapat menghilangkan rasa kebebasan klien.
7. Mempertahankan Temperatur Tubuh Dalam Rentang Normal
Perawat harus mengetahui fisiologis panas dan bisa mendorong kearah tercapainya keadan panas maupun dingin dengan mengubah temperaturkelembaban atau pergerakan udara atau dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi aktivitasnya. Menu makan dan pakaian yang dikenakan ikut mempengaruhi dalam hal ini.
8. Kebutuhan Akan Personal Hygiene ( Menjaga tubuh agar tetap bersih dan rapi )
Klien harus disediakan fasilitas-fasilitas perawatan dan bantuan perawat sangat dibutuhkan untuk membersihkan kulit, rambut, kuku, hidung, mulut dan giginya. Konsep-konsep mengenai kebersihan berbeda tiap klien tetapi tidak perlu menurunkan hanya karena sakit. Sebaliknya standar yang rendah harur ditingkatkan, perawat harus bisa menjaga pasiennya tetap bersih terlepas dari besarnya badan klien, kedudukan, keadaan fisik dan jiwanya.



9. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman ( Menghindari bahaya dari lingkungan )
Dalam keadaan sehat seseorang bebas mengontrol keadaan sekelilingnya, mengubah keadaan itu bila beranggapan sudah tidak cocok lagi. Jika sakit sikap tersebut tidak dilakukannya. Ketidaktahuan dpat menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Seorang klien mungkin mempunyai pantangan-pantangan yang tidak diketahui petugas kesehatan, kasta, adat istiadat, kepercayaan dan agama mempengaruhi perawat pada dasarnya melindungi klien dari trauma dan bahaya yang timbul oleh organisme patogen.
10. Berkomunikasi Dengan Orang Lain dan Mengekpresikan Rasa Takut dan Pendapat
Keinginan, rasa takut dan pendapat dalam keadaan sehat tiap gerakan emosi nampak pada ekspresi fisik. Bertambah cepatnya denyut jantung atau pernafasan atau muka yang mendadak merah diintrepetasikan sebagai pernyataan jiwa atau emosi. Perawat mempunyai tugas yang kompleks baik yang bersifat pribadi maupun yang menyangkut keseluruhan personalitas dalam hubungan klien dengan tim kesehatan lain dalam memajukan kesehatannya. Tugas terberat perawat adalah membuat klien mengerti dirinya sendiri. Mengerti perlunya perubahan sikap yang memperburuk kesehatannya dan menerima keadaan yang tidak dapat diubah. Penciptaan lingkungan terapeutik sangat membantu dalam hal ini.
11. Kebutuhan Spiritual ( Beribadah Menurut Keyakinan )
Dalam memberikan perawatan dalam situasi apapun kebutuhan spiritual klien harus dihormati dan perawat hrus membantu dalam pemenuhan kebutuhan itu apabila sewaktu sehat melakukan ibadah agama merupakan faktor yang penting bagi seseorang. Maka saat sakit hal itu menjadi lebih penting. Perawat dan petugas kesehatan lainnya harus menyadari bahwa keyakinan, kepercayaan dan agama sangat berpengaruh terhadap upaya penyembuhan.
12. Kebutuhan Bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interpetasi terhadap kebutuhan klien adalah sangat penting. Sakit akan lebih ringan apabila seseorang dapat terus bekerja. Rasa keberatan terhadap terapi bedrest berdasarkan pada meningkatnya perasaan tidak berguna karena tidak efektif. Rehabilitasi pada klien berarti menempatkan kembali pada pekerjaannya yang diproduktif. Makin singkat waktu tidak bekerja, makin mudah dilaksanakan.
13 Kebutuhan Bermain dan Rekreasi
Sering kali keadaan sakit menyebabkan seseorang kehilangan kesempatan menikmati variasi dan kurang segar serta rekreasi. Untuk itu perlu dipilihkan beberapa aktivitas yang sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kecerdasan, pengalaman, dan selera klien, kondisi serta keadaan penyakitnya.
14. Kebutuhan Belajar, Menggali atau Memuaskan Rasa Keingintahuan Yang Mengacu Pada Perkembangan Kesehatan
Bimbingan, latiahan atau pendidikan merupakan bagian dari pelayanan dasar. Fungsi perawat adalan membantu klien belajar dalam mendorong usaha penyembuhan dan meningkatkan kesehatan, serta memperkuat dan mengikuti rencana terapi yang diberikan. Fungsi perawat sebagai pendidik nampak dalam pemberian bimbingan dengan memberikan contoh-contoh dan menjawab pertanyaan yang diajukan. Ini dapat dilakukan dengan sadar maupun tidak sadar, berencana maupun tidak, secara kreatif maupun serampangan. Pembimbingan dapat dilakukan setiap saat ketika perawat memberikan asuhan. ( Perry Potter,2005 )

Riwayat Keperawatan Untuk Pengkajian Mata
Kategori Pengkajian:
a. Tentukan apakah klien memiliki riwayat penyakit mata, trauma mata, diabetes, hipertensi, atau bedah mata. Rasional beberapa penyakit atau trauma dapat menyebabkan resiko kehilangan penglihatan sebagian atau seluruhnya . pembedahan sudah banyak dilakukan untuk mengatasi gangguan penglihatan.
b. Tentukan masalah yang membuat klien mencari layanan kesehatan. Tanyakan pada klien tentang nyeri mata, fotofobia ( sensitive terhadap cahaya ), rasa terbakar, gatal, air mata, atau krusta yang berlebihan, diplopia ( penglihatan ganda ), penglihatan kabur, kesadaran adanya “ film “ dilapang pandang, floater ( bercak hitam kecil, yang terlihat mengambang melintasi lapang pandang ) kilatan cahaya, atau halo sekitar cahaya. Rasional gejala umum penyakit mata mengindikasiakn rujukan ke dokter.
c. Tentukan apakah terdapat riwayt gangguan atau penyakit mata dalam keluarga. Rasional masalah mata tertentu seperti gloukoma atau retinitis pigmentosa bersifat diturunkan.
d. Kaji riwayat pekerjaan dan hobi rekreasi klien apakah ia menggunakan kacamata pelindung? Rasional melakukan pekerjaan dekat dan mengiritasi dapat menyebabkan mata letih. Bekerja dengan komputer dapat menyebabkan ketegangan mata. Tugas pekerjaan tertentu ( misal bekerja dengan zat kimia ) dan aktivitas rekreasi ( misal anggar atau balap motor ) menempatkan seseorang pada resiko cedera mata kecuali jika sudah dilakukan tindakan kewaspadaan.
e. Tanyakan pada klien apakah ia memakai kacamata atau lensa kontak: jika ya seberapa sering ia memakainya? Rasional kacamata atau lensa kontak harus dipakai pada bagian tertentu pemeriksaan untuk mendapatkan pengkajian yang akurat.
f. Tentukan apakah klien terakhir kalinya berkunjung kedokter mata atau optometris. Rasional tanggal pemeriksaan terakhir menunjukkan tingkat perawatan preventif yang dilakukan klien
g. Kaji obat-obatan yang digunakan klien termasuk tetes mata atau salep mata. Rasional menentukan kebutuhan untuk mengkaji pengetahuan klien tentang obat. Obat tertentu dapat menyebabkan gejala penglihatan. ( Perry Potter,2005)

Fokus Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2. Makanan dan Cairan
Gejala : Mual / muntah












3. Neurosensori
Gejala : - Gangguan penglihatan ( kabur / tidak jelas ), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat / merasa diruang gelap.
- Perubahan kacamata atau pengobatan untuk tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : - Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
- Peningkatan air mata
4. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan / mata berair
5. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga gloukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler,terpajan pada radiasi, steroid atau toksisitas fetotiazin. ( doenges,2000 )







b. Fokus Intervensi
1. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan peningkatan TIO ( Doenges,2000 )
Hasil yang diharapkan klien akan:
a. Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cidera
b. Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cidera.
c. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Intervensi
a. Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri,pembatasan aktivitas, penampilan dan balutan mata.
b. Batasi aktivitas seperti menggerakkan mata tiba-tiba, menggaruk mata, membungkuk.
d. Ajarkan penggunaan tehnik manajemen stress, missal: nafas dalam dan latihan relaksasi.
e. Observasi pembengkakan luka
f. Beri obat sesuai indikasi, missal antiemetic,asetazolamid, silklopegis, analgetic.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive bedah pengangangkatan katarak. ( Doenges,2000 )
Hasil yang diharapkan klien akan
a. Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu
b. Mengindentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
Intervensi
a. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh atau mengobati mata.
b. Ajarkan tehnik yang tepat untuk membersihkan mata
c. Tekankan untuk tidak menyentuh atau menggaruk mata yang dioperasi
d. Observasi tanda terjadinya infeksi
e. Beri obat sesuai indikasi misal antibiotik
3. Gangguan sensori perceptual, penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori. ( Doenges,2000 )
Intervensi:
a. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain yang ada dilingkungannya
b. Observasi tanda dan gejala disorientasi


c. Perhatikan tentang curam atau penglihatan kabur dan iritasi mata.
d. Anjurkan pasien menggunakan kacamata katarak
e. Letakkan barang yang dibutuhkan dalam jangkauan pada sisi yang tidak dioperasi

4. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler ( Carpenito,2000 )
Intervensi:
a. Jelaskan sebab-sebab nyeri kepada individu jika diketahui
b. Hubungkan penerimaan anda tentang respon individu terhadap nyeri, mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai nyeri
c. Anjurkan keluarga untuk tetap memberikan perhatian walaupun nyeri tidak diperlihatkan.
d. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
e. Ajarkan strategi relaksasi khusus.
f. Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgetik.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tdak mengenal sumber informasi. ( Doenges,2000 )
Hasil yang diharapkan:
a. Mengatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan pengobatan.
b. Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi
a. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin.
b. Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas
c. Ajarkan metode yang tepat untuk memasukkan obat tetes mata untuk meminimalkan efek sistemik.
d. Anjurkan pasien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu, dan menggunakan kacamata gelap bila keluar atau dalam ruangan terang
e. Dorong pemasukan air adekuat, makanan berserat.









2. Clinical Pathways dan Fokus Intervensi

a. Clinical Pathways

Usia lanjut, Fx genetic Kongenital akibat penggunaan kelainan sistem
Gangguan pertumbuhan infeksi virus dimasa kartikostero- metabolic (DM)
Konsumsi rokok & al- pertumbuhan janin id jangka kekurangan
Kohol, traumatik (contoh : virus jer- panjang insulin penim-
Bunan sorbitol & fruktosa di
Dalam lensa

Perubahan nekleus &
Kortek lensa

Lensa keruh

KATARAK


Kurang informasi Operasi


MK5
Kurang Pengetahuan Lensa pengganti Sayatan selaput
bening

Tanpa pembedahan
Tekanan vena-vena
mengadakan drainase jahitan banyak
Kapsul lensa humor Aquos
Semi permiabel
Penyembuhan lama
Peningkatan TIO
Ruptur kapsul Gangguan penerimaan
Sensori

Kerusakan lensa
Ruang anterior MK1 MK2
Resiko Cidera Resti Infeksi MK3
Gangguan sensori
Perseptual peng-
Buta MK4 lihatan
Nyeri

s

1 komentar: