Senin, 13 Juli 2009

askep morbili / campak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MORBILI / CAMPAK
DI RUANG MAWAR RSUD SRAGEN












DI SUSUN OLEH :
VICKAR INDAKA
2007.01.012.072





PROGRAM STUDI DIIIKEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN –NUR
PURWODADI – GROBOGAN
2008 / 2009
BAB II
KONSEP DASAR

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
a. Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 1997: 90)
b. Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001:2443)
c. Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu : a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan c. stadirum konvelensi. (Rusepno, 2002:624)
d. Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu (1) stadium kataral, (2) stadium erupsi dan (3) stadirum konvelensi. (Ngastiyah, 1997:351)
e. Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. (Hardjiono, 2004:95)
f. Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai oleh gejala prodromal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik. (Ovedoff, 1995:451)
g. Measles atau rubeola adalah penyakit infeksi tinggi akut melibatkan traktus respiratorius dan dikarakteristikkan oleh ras makulopapuler confluent. (N. Clex, 2001:153).
h. Morbili adlah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001:211).
i. Campak adalah suatu penyakit akut menular yang ditandai dengan tiga stadium : (1) stadium inkubasi (2) stadium prodromal (3) stadium akhir. (Nelson, 1992 : 198).
j. Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. (Mansjoer, 2000 : 47).

2. Etiologi
a. Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 : 90-91)
b. Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351)
c. Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198)
d. Metode penyebaran sekresi nasopharingeal. (Smeltzer, 1992:1895)
e. Virus morbili terdapat dalam serkret nasofaring dan darah selama stadium kataral sampai 24 jam setelah timbul bercak di kulit. (Mansjoer, 200:417)
f. Penyakit campak disebabkan oleh morbili ditularkan melalui secret pernafasan atau udara.
g. Timbulnya wabah morbilli dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan pendidikan, ekonomi, pengasuhan anak dan poling dominan adalah faktor persepsi.
h. Campak ditularkan oleh percikan lidah. Virus campak menyerang dan memperbanyak diri diselaput lendir saluran pernafasan bagian atas, masuk ke peredaran darah dan menyebar keseluruh tubuh. Penyakit campak tidak ada obatnya tapi akan sembuh sendiri, kekebalan tubuh dapat menaklukkan penyakit campak.
i. Penyakit campak bisa ringan tapi bisa berat dan juga menimbulkan kecacatan atau kematian yaitu virus morbili berat ringannya tergantung imunnya. Khususnya imun yang bisa didapat imunisasi morbili dan tergantung pada keadaan ekonomi, gizi kurang.
(www.geocities.com)
j. Biasanya campak menyerang anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun, tetapi orang-orang yang belum pernah terkena penyakit ini dapat juga diserang berapapun juga usianya. (Wahyudi, 2000 : 106)

3. Patofisiologi
Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam waktu 24 jam, dari awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352).

4. Manifestasi Klinis
a. Stadium Kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema, lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
b. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula disertai menaiknya suhu badan diantara macula terdapat kulit yang montal. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka bengkak.
c. Stadium Konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 2002 : 625)
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2002 : 179)
5. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
a. Gambaran klinis yang khas
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni
d. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas
e. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian. (Rampengan, 1997 : 94)

6. Komplikasi
a. Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
b. Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 – 30,4%
c. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau ensefalomielitis tipe alergi.
d. Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan
e. Mastoiditis
Komplikasi dari otitis media
f. Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita komplikasi. (Rampengan, 1998 : 95)
g. TB Paru
h. Penyakit traktus respiratorius (Halim, 2000 : 17)

7. Penatalaksanaan
a. Medis
Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain ialah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul.
b. Keperawatan
1) Kebutuhan nutrisi
a) Mengusahakan cairan masuk lebih banyak dengan memberikan banyak minum.
b) Pemberian saat buah-buahan atau buah yang banyak mengandung air seperti jeruk atau lainnya yang anak sukai.
c) Susu dibuat agak encer dan jangan terlalu manis, berikan dalam keadaan hangat, bila perlu ditawarkan apakah mau campur sirop atau coklat.
d) Berikan makanan lunak misalnya bubur pakai kuah, sup, dan lain-lain, usahakan sedikit tapi sering.
e) Berikan makan TKTP jika suhu turun dan nafsu makan mulai timbul.
2) Gangguan suhu tubuh
a) Beri obat penurun panas atau antibiotik bila tidak juga turun sebelum enantem atau eksantem (campaknya keluar).
b) Beri obat penurun suhu tubuh dengan obat antipiretikum dan jika tinggi sekali juga diberikan sedativa untuk mencegah terjadinya kejang.
3) Gangguan rasa aman dan nyaman
a) Beri bedak salisil 1% untuk mengurangi rasa gatal.
b) Usahakan agar anak tidak tidur di bawah lampu karena silau.
c) Selama demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering di bedak saja.
d) Di lap muka, tangan, dan kaki.
e) Jika suhu turun untuk mengulangi rasa gatal dapat dimandikan dengan PK 1/1000 atau air hangat saja dan jangan terlalu lama. Dapat juga dengan phisohex atau bethadine.
4) Risiko terjadi komplikasi
a) Diubah sikap baringnya beberapa kali sehari dan berikan bantal untuk meninggikan kepala. Dudukkan anak pada waktu minum atau dipangku.
b) Jangan membaringkan pasien di depan jendela atau membawa pasien ke luar rumah selama masih demam (bila anak terkena angin, batuk akan menjadi lebih parah).
5) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
a) Penyuluhan pemberian gizi yang baik bagi anak agar mereka tidak mendapat infeksi dan tidak akan mudah timbul komplikasi yang berat. (Ngastiyah, 1997 : 356-357)
Pencegahan
Anak-anak seharusnya diberikan vaksin campak pada umur 15 bulan, jika tidak divaksinasi, anak akan terkena campak, gamma globulin diberikan setelah kejadian dapat meminimalkan atau mencegah penyakit ini. (Thomson, 1995 : 884)




B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Data Dasar
Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
2. Proses keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari. (Pusponegoro, 2004 : 96)
b. Riwayat keperawatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96)
Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2001 : 213)
c. Riwayat keperawatan dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit atau pernah mengalami operasi (Potter, 2005 : 185). Anamnesa riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak (Wong, 2003 : 657). Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi campak. (Suriadi, 2001 : 213)
d. Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial. (Potter, 2005 : 185)
e. Pola pengkajian fungsional menurut Gordon
Alasan penulis menggunakan pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah bahwa pola fungsional Gordon ini mempunyai aplikasi luas untuk para perawat dengan latar belakang praktek yang beragam model pola fungsional kesehatan terbentuk dari hubungan antara klien dan lingkungan dan dapat digunakan untuk perseorangan, keluarga, dan komunitas. Setiap pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu perawat mengumpulkan, mengorganisasikan dan memilah-milah data. (Potter, 1996 : 15)
Pola-pola fungsional kesehatan Gordon
1) Persepsi kesehatan – pola managemen kesehatan, menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan, dan kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
2) Pola metabolik – Nutrisi, menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan suplai gizi, meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi, dan berat badan.
3) Pola eliminasi, menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan kulit); termasuk pola individu sehari-hari, perubahan atau gangguan, dan metode yang digunakan untuk mengendalikan ekskresi.
4) Pola aktivitas – olahraga, menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang, dan rekreasi, termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas olah raga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola aktivitas (seperti otot – saraf, respirasi, dan sirkulasi).
5) Pola tidur – istirahat, menggambarkan pola persepsi-sensori dan pola kognitif; meliputi keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.
6) Pola persepsi – kognitif, menggambarkan pola persepsi sensori dan pola kognitif; meliputi keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.
7) Pola persepsi diri – konsep diri, menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri; kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan.
8) Pola hubungan peran, menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan; meliputi persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini.
9) Pola reproduksi – seksualitas, menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas : termasuk status reproduksi wanita.
10) Pola koping – toleransi stres, menggambarkan pola koping umum dan keefektifan keterampilan koping dalam mentoleransi stres.
11) Pola nilai – kepercayaan, menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya hidup.
(Potter, 1996 : 16)
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya serta pemeriksaan semua bagian tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. (Potter, 2005 : 159)
Pengkajian fisik pada Rubeola :
a. Secara tipikal pada 3 hari dengan malaise dan demam tinggi.
b. Batuk, pilek, dan konjungtivitis terjadi dalam 24 jam. Gejala ini berangsur-angsur meningkat, mencapai puncak dengan munculnya rash pada hari ke empat.
c. Kira-kira dua hari sebelum rash, bercak koplik muncul pada membran mukosa di mulut. Bercak meningkat jumlahnya pada waktu 3 hari dan menyebar sampai membran mukosa seluruhnya. Ini muncul pada akhir hari kedua setelah rash.
d. Rash muncul pertama pada area rambut dan kemudian menyebar dari kepala sampai kaki kira-kira 3 hari. Selama fase ini, demam tinggi, limfadenopati, dan faringitis, terjadi secara khas. Waktu rash mulai berkurang melebihi 5 sampai 6 hari. Demam tetap terjadi 3 hari pada waktu adanya rash yang biasanya oleh karena komplikasi.
(Aehlert, 2005 : 497 – 498)
4. Clinical Pathway dan Fokus Intervensi
a. Clinical Pathway





















b. Fokus Intervensi
1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi.
Hasil yang diharapkan :
a) Anak yang rentan tidak mengalami penyakit.
b) Infeksi tidak menyebar
c) Anak tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi seperti infeksi dan dehidrasi.
Intervensi :
a) Identifikasi anak beresiko tinggi
Rasional : memastikan anak menghindari pemajanan
b) Lakukan rujukan ke perawat kesehatan masyarakat bila perlu.
Rasional : untuk memastikan prosedur yang tepat di rumah.
c) Pantau suhu
Rasional : peningkatan suhu tubuh yang tidak diperkirakan dapat menandakan adanya infeksi.
d) Pertahankan higiene tubuh yang baik.
Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi sekunder dari lesi.
e) Berikan serapan air sedikit tapi sering atau minuman kesukaan anak serta makanan halus atau lunak.


Rasional : - Untuk menjamin hidrasi yang adekuat
- Banyak anak-anak yang mengalami anoreksia selama sakit
2) Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise
Hasil yang diharapkan :
a) Kulit dan membran mukosa bersih dan bebas dari iritasi.
b) Anak menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan minimum.
Intervensi :
a) Gunakan vaporiser embun dingin, kumur-kumur, dan tablet isap.
Rasional : untuk menjaga agar membran mukosa tetap lembab.
b) Bersihkan mata dengan larutan salin fisiologis
Rasional : untuk menghilangkan sekresi atau kusta
c) Jaga agar anak tetap dingin.
Rasional : karena udara yang terlalu panas dapat meningkatkan rasa gatal.
d) Berikan mandi air dingin dan berikan lotion seperti kalamin
Rasional : untuk menurunkan rasa gatal.
e) Berikan analgesik, antipiretik, dan antipruritus sesuai kebutuhan dan ketentuan.
Rasional : untuk mengurangi nyeri, menurunkan suhu tubuh, dan mengurangi rasa gatal.
3) Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.
Hasil yang diharapkan :
a) Anak menunjukkan pemahaman tentang pembatasan
b) Anak melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi.
Intervensi :
a) Jelaskan alasan untuk pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan khusus.
Rasional : untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembahasan.
b) Biarkan anak memainkan sarung tangan dan masker
Rasional : untuk memfasilitasi koping positif.
c) Berikan aktivitas pengalihan
Rasional : untuk melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi.
d) Anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak selama hospitalisasi.
Rasional : untuk menurunkan perpisahan dan memberikan kedekatan.
e) Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan perampilan fisik
Rasional : untuk mendorong penerimaan teman sebaya.

4) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus
Hasil yang diharapkan : kulit tetap utuh
Intervensi :
a) Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih
Rasional : untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder.
b) Pakailah sarung tangan atau restrein siku
Rasional : untuk mencegah penggarukan
c) Berikan pakaian yang tipis, longgar, dan tidak meng mengiritasi.
Rasional : karena panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal.
d) Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana panjang, pakaian satu lapis).
Rasional : untuk mencegah penggarukan
e) Berikan losion yang melembutkan (sedikit saja pada lesi terbuka).
Rasional : karena pada lesi terbuka absorpsi obat meningkat untuk menurunkan pruritus.
f) Hindari pemajanan panas atau sinar matahari.
Rasional : menimbulkan ruam.

5) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit akut.
Hasil yang diharapkan :
a) Keluarga melanjutkan untuk mencapai tujuan.
b) Keluarga mencari dukungan yang dibutuhkan.
Intervensi :
a) Berikan informasi pada orang tua tentang pilihan pengobatan.
Rasional : untuk mencari dukungan yang dibutuhkan.
b) Tekankan upaya keluarga untuk melakukan rencana perawatan.
Rasional : untuk keluarga melanjutkan untuk mencapai tujuan.
c) Berikan kesadaran keluarga akan kemajuan anak.
Rasional : untuk mendorong sikap optimis.
d) Tekankan kecepatan pemulihan pada kebanyakan kasus.
Rasional : untuk menurunkan ansietas.
(Wong, 2003 : 668 – 669)
6) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan.
Hasil yang diharapkan :
a) Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal.
b) Tidak mengalami tanda malnutrisi.
c) Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :
a) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
b) Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
c) Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengevaluasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
d) Berikan makanan sedikit dari frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
e) Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala gastro intestinal dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
7) Tak efektif jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Hasil yang diharapkan :
a) Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih atau jelas.
b) Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misal : batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
a) Auskultasi bunyi napas
Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas.
b) Kaji atau pantau frekuensi pernapasan
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress atau adanya proses infeksi akut.
c) Catat adanya atau derajat dipsnoe
Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.
d) Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat menjadi episode akut.
e) Observasi karakteristik batuk
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi.
(Doenges, 2000 : 156, 157 dan 575)

C. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah
1. Karakteristik fisik
Ledakan pertumbuhan dimulai. Berbagai variasi masih normal, anak perempuan mungkin mulai mengembangkan ciri seks sekundernya dan mulai menstruasi pada tahap ini. Usia awitan menstruasi telah menurun pada dekade terakhir ini.
a. Berat badan anak bertambah 2 sampai 4 kg per tahun.
b. Tinggi badan pada usia 8 tahun, secara proposional lengan tumbuh lebih panjang daripada badan, tinggi bertambah pada usia 9 tahun.
c. Gigi mulai menanggalkan gigi susu; memiliki 10 sampai 11 gigi permanen saat berusia 8 tahun dan kira-kira 26 gigi permanen saat berusia 12 tahun.

2. Perkembangan motorik kasar
a. Umur 7 sampai 10 tahun aktivitas motorik kasar di bawah kendali keterampilan kognitif dan kesadaran, secara bertahap meningkatkan irama, kehalusan, dan keanggunan gerakan otot, meningkatkan minat dalam penyempurnaan keterampilan fisik, kekuatan dan daya tahan juga meningkat.
b. Umur 10 tahun sampai 12 bulan tingkat energi tinggi dan peningkatan arah dan kendali dari kemampuan fisik.
3. Perkembangan motorik halus
a. Menunjukkan peningkatan perbaikan keterampilan motoris halus karena bertambahnya mielinisasi sistem saraf pusat.
b. Menunjukkan perbaikan keseimbangan dan koordinasi mata tangan.
c. Dapat menulis daripada mengucapkan kata-kata saat berusia 8 tahun.
d. Menunjukkan peningkatan kemampuan untuk mengungkapkan secara individu dan perhatian khusus seperti ; menjahit, membuat model, dan bermain alat musik.
e. Menunjukkan keterampilan motorik halus yang sama dengan orang dewasa adat berusia 12 tahun.
4. Perkembangan bahasa
a. Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal.
b. Pemahaman terhadap pembicaraan mungkin tertinggal dari pengertiannya.
c. Tidak begitu egosentris dalam orientasi, dapat mempertimbangkan pandangan lain.
d. Mengerti kebanyakan kata-kata abstraks.
e. Memakai semua bagian pembicaraan, termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung, dan kata depan.
f. Ikut memakai kalimat majemuk dan gabungan.
g. Kosa katanya mencapai 50.000 kata pada akhir masa ini.
5. Perkembangan Psikososial (Industri vs inisiatif)
a. Tugas perkembangan
Belajar mengembangkan rasa keadekuatan terhadap kemampuan dan kompetensi pada saat kesempatan untuk belajar dan interaksi sosial bertambah, anak berusaha agar berhasil di sekolah.
b. Krisis perkembangan
Anak dalam banya akibat perkembangan rasa rendah diri jika ia tidak merasa kompeten dalam keberhasilan pencapaian tugas.
c. Bermain
Anak menikmati aktivitas santai bersama teman sebaya (misal : kasti); permainan cenderung memisahkan kedua lawan jenis; mainan rough and tumble adalah ciri khas permainan luar rumah yang tidak terstruktur; minat pribadi, aktivitas, dan hobi berkembang pada saat ini.


d. Peran keluarga dan orang tua.
Orang tua menjadi figur yang kurang bermakna dalam arti sebagai agens untuk sosialisasi; hubungan dengan teman sebaya cenderung mengurangi pengeruh dominan dari orang tua yang ada sebelumnya; orang tua masih merasa dan berespons sebagai otoritas utama; harapan dari guru, pelatih, dan para tokoh keagamaan memberi dampak terhadap perilaku anak.
(Betz, 2002 : 555 – 558)

1 komentar: