Jumat, 14 Agustus 2009

menu buka puasa




Berikut saya siapkan menu buka puasa untuk minggu pertama. Jadikan panduan agar tak terlalu puyeng ketika menyiapkan menu untuk keluarga.
Untuk hidangan pembuka selalu berikan terlebih dahulu teh hangat, kurma, dan kudapan manis. Setelah itu baru hidangkan menu utama.
Semoga membantu. Selamat berpuasa.

HARI KE 1
Teh Hangat + Kurma
Es Blewah
Kolak Pisang
Sup Tahu Udang
Telur Dadar Gulung
Tempe Garit
Sambal Bajak

HARI KE 2
Teh Hangat + Kurma
Cocktail Buah
Jenang Grendul
Tumis Mentimun Ikan Asin
Pepes Tahu Udang
Bola-bola Talas

HARI KE 3
Teh Hangat + Kurma
Es Melon
Kolak Talas Pisang
Trancam
Woku Tongkol
Oncom Goreng Rempah

HARI KE 4
Teh Hangat + Kurma
Es Lemon Tea
Brongkong Klasik
Bakmi Acar
Daging Enibeni

HARI KE 5
Teh Hangat + Kurma
Es Bepangga
Kicak
Plecing Kangkung
Ayam Goreng Dapoer Ciragil
Sambal bajak
HARI KE 6
Teh Hangat + Kurma
Es Kopyor Kolang-kaling
Carang Gesing
Sambal Goreng Krecek
Tahu Udang Panggang
Telur Pindang

HARI KE 7
Teh Hangat + Kurma
Es Kopyor Fantasi
Kue Lumpur Ubi Keju
Urap
Satai Ikan Patin
Telur Bumbu Bali

Jumat, 24 Juli 2009

askep katarak

BAB II
KONSEP DASAR
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. DEFINISI
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran. (Brunner & Suddarth,2002;1996)

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yag dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. ( Mansjoer,2000;62 )

Katarak adalah terjadinya opasitas secara progesif pada lensa atau kapsul lensa,umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang lebih dari 65 tahun. ( Doenges,2000;412)

Klasifikasi katarak
1. Katarak kongenital
Katarak ini terjadi akibat kelainan lokal intraokuler atau kelainan umum yang merupakan proses penyakit pada janin dan dapat terjadi bersamaan dengan proses penyakit ibu yang sedang mengandung seperti pada rubiza.

Macam katarak kongenital:
a. Katarak lumelar / zonular
Katarak ini bersifat herediter,ditransmisikan secara dominan,bilateral,dan terlihat setelah lahir. Kekeruhan dapat menutupi pupil. Bila tidak dilakukan dilaasi pupil sering mengganggu penglihatan. Bila kekeruhan sangat tebal sehingga fundus tidak dapat dilihat pada pemeriksaan oftalmoskopi,maka perlu dilakukan aspirasi atau irigasi lensa.
b. Katarak polaris posterior
Disebabkan oleh menetapnya selubung vaskuler lensa,kadang-kadang tiap arteri hialoid yang menetap sehingga mengakibatkan kekeruhan lensa bagian belakang. Pengobatan dengan pembedahan lensa.
c. Katarak polaris anterior
Terjadi saat kornea belum seluruhnya melepaskan lensa dalam perkembangan embrional, mengakibatkan terlambatnya pembentukan bilik mata depan, didapatkan suatu bentuk kekeruhan dalam bilik mata depan yang menuju kornea sehingga memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti pyramid, dan berjalan progesif.Pengobatannya tergantung keadaan kelainan. Bila tidak terlihatnya fundus pada pemeriksaan oftalmoskopi maka dilakukan pembedahan.
d. Katarak inti (Nuclear )
Kekeruhan didaerah nucleus lensa,bentuk kekeruhan seperti bintik-bintik yang terlihat bilateral dan berjalan tidak progesif serta tidak mengganggu penglihatan . bersifat herediter atau dominan.
e. Katarak sutural
Kekeruhan lensa didaerah sutura fetal,terjadi bilateral,bersifat statis,dan familial, tidak mengganggu penglihtan karena tidak mengenai media penglihatan.
2. Katarak senile
Katarak ini berhubungan dengan bertambahnya umur dan berkaitan dengan proses penuaan yang terjadi didalam lensa. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya nucleus dengan berkembangnya lapisan korteks lensa. Katarak ini sudah tamapak sejak terjadi pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadi skleosis lensa yang timbul pada usia decade 4 dalam bentuk presbiopia. Macamnya
a. Katarak Nuclear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Inti yag putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudian menjadi hitam disebut katarak Brunesen / nigra.


b. Katarak kortikal
Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Penderita merasa mendapat kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.
2. Katarak Kupuliforit
Terlihat pada stadium dini katarak kortikal / nuclear. Kekeruhan terletak dilapisan korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring. Makin dekat letaknya terhadap kapsul makin cepat bertambahnya katarak.
3. Katarak komplikata
Suatu bentuk kekeruhan lensa akibat penyakit lain tapi bisa pula penyakit intraokuler ( Iridosiklitis,gloukoma,ablasi retina,myopia tinggi ) dan biasanya mengenai suatu mata.
Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum akan mengenai kedua mata walau tidak bersamaan. Katarak ini timbul pada usia yang lebih muda. Kelainan umum yang dapat menimbulkan katarak adalah Diabetes Melitus,Hipoparatyroid, Miotonia distrofi dan Titani Infantile. Pengilahan dilakukan bila sudah mengganggu pekerjaan sehari-hari.
4. Katarak Sekunder
Terjadi setelah beberapa bulan setelah ekstraksi katarak ekstra kapsuler atau setelah emulsifikasi. Berupa penebalan kapsul posterior akibat ploriferasi sel-sel radang pada sisa-sisa korteks yang tertinggal. Bila mengganggu tajam penglihatan,penepalan tersebut dibuka dengan sayatan sinar laser ( photo desruption) memakai alat.
5. Katarak Suvenil
Terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft carahast. Pembedahan dilakukan apabila diperkirakan akan menimbulkan anbliopia.
6. Katarak trauma
Terjadi akibat rudapaksa tumpul atau tajam ( Ilyas,2000 ) cukup untuk mendorong tumor vitreus masuk kekapsul lensa ( Nettina,2002;43 ) pengobatan bila tidak terdapat penyulit dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Penyulit yang dapat terjadi dalam bentuk gloukoma akibat lensa yang mencembung atau uveitis akibat masa lensa

2. ETIOLOGI
Penyebab dari katarak adalah usia lanjut ( senile ) tapi dapat terjadi secara congenital akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetic, dan gangguan perkembangan, kelainan sistemik, atau metabolic, seperti diabetes melitus, galaktosemi, atau distrofi mekanik, taumatik: terapi kortikosteroid, sistemik, rokok, dan konsumsi alcohol meningkatkan resiko katarak. ( Mansjoer,2000;62 )
Penyebab utama katarak adalah penuaan. Anak dapat menerima katarak yang biasanya merupakan penyakit yang sedang diturunkan, peradangan dalam kehamilan. Faktor lain yaitu diabetes mellitus dan obat tertentu, sinar UVB dari cahaya matahari, efek racun, rokok, dan alkohol,gizi kurang vitamin E dan radang menahun didalam bola mata, serta adanya cidera mata. ( Ilyas,1997;10 )
Katarak biasanya proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran ( katarak congenital ) dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam / tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis,seperti dibetes mellitus atau hiperparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan yang lam sinar matahari ( sinar ultraviolet ) atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior. ( Smeltzer,2002;1996 )

3. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan yang timbul adalah penurunan tajam penglihatan secara progesif dan penglihatan seperti berasap, pupil dilatasi, retina sulit dilihat, refleks fundus tidak ada, pupil berwarna putih.
( Mansjoer,2000;62 )
Tanda dan gejala katarak yang muncul adalah penglihatan tidak akan terjadi jernih, penurunan tajam penglihatan, membaca menjadi sukar dan mengendarai kendaraan dimalam hari akan silau terhadap sinar yang datang, penghalang seperti terhalang tabir yang makin lama makin tebal, melihat ganda sebuah benda dan tidak terasa sakit. ( Ilyas,1997; 11-12 )
Keluhan–keluhan pasien katarak adalah:
1. Kemunduran ketajaman penglihatan secara perlahan-lahan, mata silau, penglihatan seperti terhalang asap yang makin lama makin tebal. Suatu saat hanya mampu membedakan gelap dan terang.
2. Mata tidak merah dan tidak ada keluhan sakit
3. Pasien lebih senang berada ditempat dengan penerangan yang kurang.

4. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan berbentuk seperti kancing baju, meempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, diperifer terdapat korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya trnsparasi. Perubahan pada serabut halus multiple ( zonula ) yang memajang dari badan silier kesekitar daerah diluar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan kimia dalam perubahan lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya keretina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu tranmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalm melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda, dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes. Namun sebenarnya katarak merupakan konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang kronik dan “ matang “. Ketika orang memasuki dekade ketujuh katarak bersifat kongenital dan harus diindentifikasi awal karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes dan asupan antitoksin dan yang kurang dalam jangka waktu yang lama. ( Brunner & Suddarth,2002;1997)

5. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kartu nama snellen / mesin telebinokuler ( tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan ) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akvesus atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau penglihatan keretina atau jalan optik.
2. Lapang penglihatan. Penurnan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri serebral, gloukoma.
3. Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler ( TIO ) normalnya 12-25 mmHg.
4. Pemeriksaan oftalmoskopi. Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
5. Darah lengkap, laju sedimentasi ( LED ). Menunjukkan anemia sistemik atau infeksi.
6. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk memastikan aterosklerosis.
7. Tes toleransi glukosa ( FBS ). Menunjukkan adanya atau kontrol diabetes. ( Marilyn E. Doenges,2000 )

Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit, dan oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound ( Echograpy ) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel / mm3, pasien ini merupakan kandidat untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL. ( Brunner & Suddarth, 2002 )

6. KOMPLIKASI
Meskipun terjadi perbaikan pengembalian kepandangan penuh yang sempurna pada ekstraksi katarak dan implantasi, ada juga yang komplikasinya. Kerusakan endotel kornea, sumbatan pupil, gloukoma,perdarahan, fistula luka operasi, edema makula sistoid, pelepasan koroid, uveitis dan endoftalmitis. Dapat diubah posisinya kembali dengan pemberian tetes mata dilator, diikuti dengan pemberian posisi kepala dan diakhiri dengan tetes mata konstriktor, atau pasien memerlukan pembedahan lagi untuk mereposisi atau mengangkat IOL.

Komplikasi yang umum terjadi pada pembedahan adalah pembentukan membran sekunder, yang terjadi sekitar 25 %pasien dalam 3 sampai 36 bulan setelah pembedahan. Membran yang terbentuk sering disalah artikan dengan opafikasi kapsul posterior atau katarak sekunder. Membran ini dibentuk sebagai akibat proliferasi sisa epitel lensa. Dapat mempengaruhi penglihatan dengan mengganggu masuknya cahaya dan meningkatkan terjadinya disabilitas silau. Dapat dibuat lubang melalui membran ( kapsulotomi ) dengan jarum atau laser ( laser yag ) untuk mengembalikan penglihatan. ( Brunner & Suddarth,2002 )

7. PENATALAKSANAAN
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan laser. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik dicapai 20 / 50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Dengan menggunakan anesthesia lokal. Macam pembedahannya ada 2 macam yaitu Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler dan Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler.
Fakoemulsifikasi merupakan penemuan terbaru pada EKEK, tehnik ini memerlukan penyembuhan yang paling pendek dan penurunan insidensi astigmatisme pasca operasi. Kedua tehnik irigasi-aspirasi dan fakoemulsifikasi dapat mempertahankan kapsula posterior yang nantinya digunakan untuk penyangga IOL. Pengangkatan lensa dapat dilakukan dengan salah satu dari 3 metode; kacamata apakia, lensa kontak, implant IOL. ( Brunner & Suddarth, 2002 )
Penanganan tindakan pembedahan dengan mengangkat lensa merupakan penanganan katarak yang sering dilakukan, biasanya disertai dengan pemasangan lensa intraokuler. Jika pemasangan lensa intraokuler tidak dilakukan, pasien perlu menggunakan kacamata dengan lensa yang tebal untuk menggantikan fungsi lensa yang sudah diangkat tersebut. Perkembangan dramatis telah terjadi dalam tindakan operasi pengangkatan lensa pada saat sekarang ini. Karena tindakan ini merupakan prosedur bedah untuk pasien rawat jalan dan dapat dikerjakan selama 3-4 jam. Ada 2 jenis ekstraksi lensa yaitu intracapsuler extraction adalah pengangkatan keseluruhan lensa dan exstracapsuler extraction adalah pengangkatan lensa tanpa kapsul. ( Charlene J. Reeves,1999;7 )







B. PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah primer pasien. Seperti kesulitan membaca, pandangan mata kabur, rasa terbakar pada mata, mata basah, pandangan ganda, bercak dibelakang mata, atau hilangnya derah penglihatan soliter ( Skotoma, myopia, hiperopia ). Perawat harus menentukan apakah masalahnya hanya mengenai satu atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini.
Juga penting untuk mengekplorasi keadaan atau status okuler umum pasien: Apakah ia mengenakan kacamata atau lensa kontak? Dimana mereka terakhir dikaji? Apakah pasien sedang mendapat asuhan teratur seorang oftalmologi? Kapan pemeriksaan mata terakhir? Apakah tekanan mata diukur? Apakah pasien mengalami kesulitan melihat ( focus ) pada jarak dekat atau jauh? Apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi? Bagaimana dengan masalah membedakan warna, atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer? Apakah pasien pernah mengalami cidera mata atau infeksi mata? Bila ya, kapan? Masalah mata apa yang terdapat dalam keluarga pasien?.
Riwayat mata yang sangat penting. Penyakit apa yang terakhir diderita pasien?

- Masa kanak-kanak – strabismus, ambliopia, cedera ?
- Dewasa- gloukoma, katarak, cedera atau trauma mata, kesalahan refraksi yang dikoreksi, dan bagaimana bentuk koreksinya? Adakah pembedahan mata sebelumnya? Apakah ada diabetes? Hipertensi, gangguan tiroid, gangguan menular seksual, alergi,
- Penyakit kardiovaskuler dan kolagen, kondisi neurologik?
- Penyakit keluarga- adakah riwayat kelainan mata pada family derajat pertama atau kakek-nenek?
Pemahaman pasien mengenai perawatan dan penatalaksanaan mata harus digali untuk mengindentifikasi kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal. ( Brunner & Suddarth,2002;2020 )

Pola fungsional yang digunakan yaitu pola fungsional menurut Virginia Henderson karena teori keperawatan Virginia Henderson ( Harmer & Henderson,1995 ) mencakup seluruh kebutuhan dasar manusia Henderson ( 1964 ) mendefinisikan keperawatan sebagai:
Membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya dimana indivividu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kemandiriannya secepat mungkin.
14 kebutuhan dasar Henderson memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan ( Henderson, 1996 )

1. Bernafas dengan normal
Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sebagai alat bantu klien agar dapat bernafas dengan normal dan kemampuan mendemonstrasikan dan menjelaskan pengaruhnya kepada klien. Perawat harus waspada terhadap tanda-tanda obstruksi jalan nafas dan siap memberikan bantuan dalam keadaan tertentu.
2. Kebutuhan akan nutrisi ( makan dan minum cukup )
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat badan yang normal. Kebutuhan nutrisi yang diperlukan pemilihan dan penyediaan makanan. Pendidikan kesehatannya akan berhasil apabila diperhatikan latar belakang cultural dan sosial klien. Untuk itu perawat harus mengetahui kebiasaan, kepercayaan klien tentang nutrisi. Disamping perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang nutrisi dan tumbuh kembang.

3. Kebutuhan Eliminasi
Perawatan dasarnya meliputi semua pengeluaran tubuh, perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran dan frekuensi pengeluaran, yang meliputi keringat, udara yang keluar saat bernafas.
4. Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Perawat harus mengetahui tentang prinsip- prinsip keseimbangan tubuh, miring dan bersandar. Artinya perawat harus bisa memberikan rasa nyaman dalam semua posisi dan tidak membiarkan berbaring terlalu lama pada satu posisi. Perawat harus bisa melindungi pasiennya selama sakit dengan berhati-hati saat memindahkan dan mengangkat.
5. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur sebagian tergantung pada relaksasi otot, untuk itu perawat harus mengetahui tentang pergerakan badan yang baik. Disamping itu juga dipengaruhi oleh emosi ( stress ) dimana stress merupakan keadaan normal dari aktivitas kreativitas.
Dianggap patologis apabila ketegangan dapat diatasi atau tidak terkontrol dengan istirahat atau dengan secukupnya.
6. Kebutuhan Berpakaian: Berpakaian dan Melepas Pakaian
Perawatan dasarnya meliputi membantu klien memilihkan pakaian yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu untuk memakainya. Perawat tidak boleh memaksakan kepada klien pakaian yang tidak ia sukai karena hal itu dapat menghilangkan rasa kebebasan klien.
7. Mempertahankan Temperatur Tubuh Dalam Rentang Normal
Perawat harus mengetahui fisiologis panas dan bisa mendorong kearah tercapainya keadan panas maupun dingin dengan mengubah temperaturkelembaban atau pergerakan udara atau dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi aktivitasnya. Menu makan dan pakaian yang dikenakan ikut mempengaruhi dalam hal ini.
8. Kebutuhan Akan Personal Hygiene ( Menjaga tubuh agar tetap bersih dan rapi )
Klien harus disediakan fasilitas-fasilitas perawatan dan bantuan perawat sangat dibutuhkan untuk membersihkan kulit, rambut, kuku, hidung, mulut dan giginya. Konsep-konsep mengenai kebersihan berbeda tiap klien tetapi tidak perlu menurunkan hanya karena sakit. Sebaliknya standar yang rendah harur ditingkatkan, perawat harus bisa menjaga pasiennya tetap bersih terlepas dari besarnya badan klien, kedudukan, keadaan fisik dan jiwanya.



9. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman ( Menghindari bahaya dari lingkungan )
Dalam keadaan sehat seseorang bebas mengontrol keadaan sekelilingnya, mengubah keadaan itu bila beranggapan sudah tidak cocok lagi. Jika sakit sikap tersebut tidak dilakukannya. Ketidaktahuan dpat menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Seorang klien mungkin mempunyai pantangan-pantangan yang tidak diketahui petugas kesehatan, kasta, adat istiadat, kepercayaan dan agama mempengaruhi perawat pada dasarnya melindungi klien dari trauma dan bahaya yang timbul oleh organisme patogen.
10. Berkomunikasi Dengan Orang Lain dan Mengekpresikan Rasa Takut dan Pendapat
Keinginan, rasa takut dan pendapat dalam keadaan sehat tiap gerakan emosi nampak pada ekspresi fisik. Bertambah cepatnya denyut jantung atau pernafasan atau muka yang mendadak merah diintrepetasikan sebagai pernyataan jiwa atau emosi. Perawat mempunyai tugas yang kompleks baik yang bersifat pribadi maupun yang menyangkut keseluruhan personalitas dalam hubungan klien dengan tim kesehatan lain dalam memajukan kesehatannya. Tugas terberat perawat adalah membuat klien mengerti dirinya sendiri. Mengerti perlunya perubahan sikap yang memperburuk kesehatannya dan menerima keadaan yang tidak dapat diubah. Penciptaan lingkungan terapeutik sangat membantu dalam hal ini.
11. Kebutuhan Spiritual ( Beribadah Menurut Keyakinan )
Dalam memberikan perawatan dalam situasi apapun kebutuhan spiritual klien harus dihormati dan perawat hrus membantu dalam pemenuhan kebutuhan itu apabila sewaktu sehat melakukan ibadah agama merupakan faktor yang penting bagi seseorang. Maka saat sakit hal itu menjadi lebih penting. Perawat dan petugas kesehatan lainnya harus menyadari bahwa keyakinan, kepercayaan dan agama sangat berpengaruh terhadap upaya penyembuhan.
12. Kebutuhan Bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interpetasi terhadap kebutuhan klien adalah sangat penting. Sakit akan lebih ringan apabila seseorang dapat terus bekerja. Rasa keberatan terhadap terapi bedrest berdasarkan pada meningkatnya perasaan tidak berguna karena tidak efektif. Rehabilitasi pada klien berarti menempatkan kembali pada pekerjaannya yang diproduktif. Makin singkat waktu tidak bekerja, makin mudah dilaksanakan.
13 Kebutuhan Bermain dan Rekreasi
Sering kali keadaan sakit menyebabkan seseorang kehilangan kesempatan menikmati variasi dan kurang segar serta rekreasi. Untuk itu perlu dipilihkan beberapa aktivitas yang sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kecerdasan, pengalaman, dan selera klien, kondisi serta keadaan penyakitnya.
14. Kebutuhan Belajar, Menggali atau Memuaskan Rasa Keingintahuan Yang Mengacu Pada Perkembangan Kesehatan
Bimbingan, latiahan atau pendidikan merupakan bagian dari pelayanan dasar. Fungsi perawat adalan membantu klien belajar dalam mendorong usaha penyembuhan dan meningkatkan kesehatan, serta memperkuat dan mengikuti rencana terapi yang diberikan. Fungsi perawat sebagai pendidik nampak dalam pemberian bimbingan dengan memberikan contoh-contoh dan menjawab pertanyaan yang diajukan. Ini dapat dilakukan dengan sadar maupun tidak sadar, berencana maupun tidak, secara kreatif maupun serampangan. Pembimbingan dapat dilakukan setiap saat ketika perawat memberikan asuhan. ( Perry Potter,2005 )

Riwayat Keperawatan Untuk Pengkajian Mata
Kategori Pengkajian:
a. Tentukan apakah klien memiliki riwayat penyakit mata, trauma mata, diabetes, hipertensi, atau bedah mata. Rasional beberapa penyakit atau trauma dapat menyebabkan resiko kehilangan penglihatan sebagian atau seluruhnya . pembedahan sudah banyak dilakukan untuk mengatasi gangguan penglihatan.
b. Tentukan masalah yang membuat klien mencari layanan kesehatan. Tanyakan pada klien tentang nyeri mata, fotofobia ( sensitive terhadap cahaya ), rasa terbakar, gatal, air mata, atau krusta yang berlebihan, diplopia ( penglihatan ganda ), penglihatan kabur, kesadaran adanya “ film “ dilapang pandang, floater ( bercak hitam kecil, yang terlihat mengambang melintasi lapang pandang ) kilatan cahaya, atau halo sekitar cahaya. Rasional gejala umum penyakit mata mengindikasiakn rujukan ke dokter.
c. Tentukan apakah terdapat riwayt gangguan atau penyakit mata dalam keluarga. Rasional masalah mata tertentu seperti gloukoma atau retinitis pigmentosa bersifat diturunkan.
d. Kaji riwayat pekerjaan dan hobi rekreasi klien apakah ia menggunakan kacamata pelindung? Rasional melakukan pekerjaan dekat dan mengiritasi dapat menyebabkan mata letih. Bekerja dengan komputer dapat menyebabkan ketegangan mata. Tugas pekerjaan tertentu ( misal bekerja dengan zat kimia ) dan aktivitas rekreasi ( misal anggar atau balap motor ) menempatkan seseorang pada resiko cedera mata kecuali jika sudah dilakukan tindakan kewaspadaan.
e. Tanyakan pada klien apakah ia memakai kacamata atau lensa kontak: jika ya seberapa sering ia memakainya? Rasional kacamata atau lensa kontak harus dipakai pada bagian tertentu pemeriksaan untuk mendapatkan pengkajian yang akurat.
f. Tentukan apakah klien terakhir kalinya berkunjung kedokter mata atau optometris. Rasional tanggal pemeriksaan terakhir menunjukkan tingkat perawatan preventif yang dilakukan klien
g. Kaji obat-obatan yang digunakan klien termasuk tetes mata atau salep mata. Rasional menentukan kebutuhan untuk mengkaji pengetahuan klien tentang obat. Obat tertentu dapat menyebabkan gejala penglihatan. ( Perry Potter,2005)

Fokus Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2. Makanan dan Cairan
Gejala : Mual / muntah












3. Neurosensori
Gejala : - Gangguan penglihatan ( kabur / tidak jelas ), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat / merasa diruang gelap.
- Perubahan kacamata atau pengobatan untuk tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : - Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
- Peningkatan air mata
4. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan / mata berair
5. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga gloukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler,terpajan pada radiasi, steroid atau toksisitas fetotiazin. ( doenges,2000 )







b. Fokus Intervensi
1. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan peningkatan TIO ( Doenges,2000 )
Hasil yang diharapkan klien akan:
a. Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cidera
b. Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cidera.
c. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Intervensi
a. Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri,pembatasan aktivitas, penampilan dan balutan mata.
b. Batasi aktivitas seperti menggerakkan mata tiba-tiba, menggaruk mata, membungkuk.
d. Ajarkan penggunaan tehnik manajemen stress, missal: nafas dalam dan latihan relaksasi.
e. Observasi pembengkakan luka
f. Beri obat sesuai indikasi, missal antiemetic,asetazolamid, silklopegis, analgetic.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive bedah pengangangkatan katarak. ( Doenges,2000 )
Hasil yang diharapkan klien akan
a. Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu
b. Mengindentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
Intervensi
a. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh atau mengobati mata.
b. Ajarkan tehnik yang tepat untuk membersihkan mata
c. Tekankan untuk tidak menyentuh atau menggaruk mata yang dioperasi
d. Observasi tanda terjadinya infeksi
e. Beri obat sesuai indikasi misal antibiotik
3. Gangguan sensori perceptual, penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori. ( Doenges,2000 )
Intervensi:
a. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain yang ada dilingkungannya
b. Observasi tanda dan gejala disorientasi


c. Perhatikan tentang curam atau penglihatan kabur dan iritasi mata.
d. Anjurkan pasien menggunakan kacamata katarak
e. Letakkan barang yang dibutuhkan dalam jangkauan pada sisi yang tidak dioperasi

4. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler ( Carpenito,2000 )
Intervensi:
a. Jelaskan sebab-sebab nyeri kepada individu jika diketahui
b. Hubungkan penerimaan anda tentang respon individu terhadap nyeri, mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai nyeri
c. Anjurkan keluarga untuk tetap memberikan perhatian walaupun nyeri tidak diperlihatkan.
d. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
e. Ajarkan strategi relaksasi khusus.
f. Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgetik.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tdak mengenal sumber informasi. ( Doenges,2000 )
Hasil yang diharapkan:
a. Mengatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan pengobatan.
b. Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi
a. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin.
b. Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas
c. Ajarkan metode yang tepat untuk memasukkan obat tetes mata untuk meminimalkan efek sistemik.
d. Anjurkan pasien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu, dan menggunakan kacamata gelap bila keluar atau dalam ruangan terang
e. Dorong pemasukan air adekuat, makanan berserat.









2. Clinical Pathways dan Fokus Intervensi

a. Clinical Pathways

Usia lanjut, Fx genetic Kongenital akibat penggunaan kelainan sistem
Gangguan pertumbuhan infeksi virus dimasa kartikostero- metabolic (DM)
Konsumsi rokok & al- pertumbuhan janin id jangka kekurangan
Kohol, traumatik (contoh : virus jer- panjang insulin penim-
Bunan sorbitol & fruktosa di
Dalam lensa

Perubahan nekleus &
Kortek lensa

Lensa keruh

KATARAK


Kurang informasi Operasi


MK5
Kurang Pengetahuan Lensa pengganti Sayatan selaput
bening

Tanpa pembedahan
Tekanan vena-vena
mengadakan drainase jahitan banyak
Kapsul lensa humor Aquos
Semi permiabel
Penyembuhan lama
Peningkatan TIO
Ruptur kapsul Gangguan penerimaan
Sensori

Kerusakan lensa
Ruang anterior MK1 MK2
Resiko Cidera Resti Infeksi MK3
Gangguan sensori
Perseptual peng-
Buta MK4 lihatan
Nyeri

s

askep katarak

BAB II
KONSEP DASAR
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. DEFINISI
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran. (Brunner & Suddarth,2002;1996)

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yag dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. ( Mansjoer,2000;62 )

Katarak adalah terjadinya opasitas secara progesif pada lensa atau kapsul lensa,umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang lebih dari 65 tahun. ( Doenges,2000;412)

Klasifikasi katarak
1. Katarak kongenital
Katarak ini terjadi akibat kelainan lokal intraokuler atau kelainan umum yang merupakan proses penyakit pada janin dan dapat terjadi bersamaan dengan proses penyakit ibu yang sedang mengandung seperti pada rubiza.

Macam katarak kongenital:
a. Katarak lumelar / zonular
Katarak ini bersifat herediter,ditransmisikan secara dominan,bilateral,dan terlihat setelah lahir. Kekeruhan dapat menutupi pupil. Bila tidak dilakukan dilaasi pupil sering mengganggu penglihatan. Bila kekeruhan sangat tebal sehingga fundus tidak dapat dilihat pada pemeriksaan oftalmoskopi,maka perlu dilakukan aspirasi atau irigasi lensa.
b. Katarak polaris posterior
Disebabkan oleh menetapnya selubung vaskuler lensa,kadang-kadang tiap arteri hialoid yang menetap sehingga mengakibatkan kekeruhan lensa bagian belakang. Pengobatan dengan pembedahan lensa.
c. Katarak polaris anterior
Terjadi saat kornea belum seluruhnya melepaskan lensa dalam perkembangan embrional, mengakibatkan terlambatnya pembentukan bilik mata depan, didapatkan suatu bentuk kekeruhan dalam bilik mata depan yang menuju kornea sehingga memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti pyramid, dan berjalan progesif.Pengobatannya tergantung keadaan kelainan. Bila tidak terlihatnya fundus pada pemeriksaan oftalmoskopi maka dilakukan pembedahan.
d. Katarak inti (Nuclear )
Kekeruhan didaerah nucleus lensa,bentuk kekeruhan seperti bintik-bintik yang terlihat bilateral dan berjalan tidak progesif serta tidak mengganggu penglihatan . bersifat herediter atau dominan.
e. Katarak sutural
Kekeruhan lensa didaerah sutura fetal,terjadi bilateral,bersifat statis,dan familial, tidak mengganggu penglihtan karena tidak mengenai media penglihatan.
2. Katarak senile
Katarak ini berhubungan dengan bertambahnya umur dan berkaitan dengan proses penuaan yang terjadi didalam lensa. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya nucleus dengan berkembangnya lapisan korteks lensa. Katarak ini sudah tamapak sejak terjadi pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadi skleosis lensa yang timbul pada usia decade 4 dalam bentuk presbiopia. Macamnya
a. Katarak Nuclear
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Inti yag putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudian menjadi hitam disebut katarak Brunesen / nigra.


b. Katarak kortikal
Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Penderita merasa mendapat kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.
2. Katarak Kupuliforit
Terlihat pada stadium dini katarak kortikal / nuclear. Kekeruhan terletak dilapisan korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring. Makin dekat letaknya terhadap kapsul makin cepat bertambahnya katarak.
3. Katarak komplikata
Suatu bentuk kekeruhan lensa akibat penyakit lain tapi bisa pula penyakit intraokuler ( Iridosiklitis,gloukoma,ablasi retina,myopia tinggi ) dan biasanya mengenai suatu mata.
Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum akan mengenai kedua mata walau tidak bersamaan. Katarak ini timbul pada usia yang lebih muda. Kelainan umum yang dapat menimbulkan katarak adalah Diabetes Melitus,Hipoparatyroid, Miotonia distrofi dan Titani Infantile. Pengilahan dilakukan bila sudah mengganggu pekerjaan sehari-hari.
4. Katarak Sekunder
Terjadi setelah beberapa bulan setelah ekstraksi katarak ekstra kapsuler atau setelah emulsifikasi. Berupa penebalan kapsul posterior akibat ploriferasi sel-sel radang pada sisa-sisa korteks yang tertinggal. Bila mengganggu tajam penglihatan,penepalan tersebut dibuka dengan sayatan sinar laser ( photo desruption) memakai alat.
5. Katarak Suvenil
Terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft carahast. Pembedahan dilakukan apabila diperkirakan akan menimbulkan anbliopia.
6. Katarak trauma
Terjadi akibat rudapaksa tumpul atau tajam ( Ilyas,2000 ) cukup untuk mendorong tumor vitreus masuk kekapsul lensa ( Nettina,2002;43 ) pengobatan bila tidak terdapat penyulit dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Penyulit yang dapat terjadi dalam bentuk gloukoma akibat lensa yang mencembung atau uveitis akibat masa lensa

2. ETIOLOGI
Penyebab dari katarak adalah usia lanjut ( senile ) tapi dapat terjadi secara congenital akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetic, dan gangguan perkembangan, kelainan sistemik, atau metabolic, seperti diabetes melitus, galaktosemi, atau distrofi mekanik, taumatik: terapi kortikosteroid, sistemik, rokok, dan konsumsi alcohol meningkatkan resiko katarak. ( Mansjoer,2000;62 )
Penyebab utama katarak adalah penuaan. Anak dapat menerima katarak yang biasanya merupakan penyakit yang sedang diturunkan, peradangan dalam kehamilan. Faktor lain yaitu diabetes mellitus dan obat tertentu, sinar UVB dari cahaya matahari, efek racun, rokok, dan alkohol,gizi kurang vitamin E dan radang menahun didalam bola mata, serta adanya cidera mata. ( Ilyas,1997;10 )
Katarak biasanya proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran ( katarak congenital ) dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam / tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis,seperti dibetes mellitus atau hiperparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan yang lam sinar matahari ( sinar ultraviolet ) atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior. ( Smeltzer,2002;1996 )

3. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan yang timbul adalah penurunan tajam penglihatan secara progesif dan penglihatan seperti berasap, pupil dilatasi, retina sulit dilihat, refleks fundus tidak ada, pupil berwarna putih.
( Mansjoer,2000;62 )
Tanda dan gejala katarak yang muncul adalah penglihatan tidak akan terjadi jernih, penurunan tajam penglihatan, membaca menjadi sukar dan mengendarai kendaraan dimalam hari akan silau terhadap sinar yang datang, penghalang seperti terhalang tabir yang makin lama makin tebal, melihat ganda sebuah benda dan tidak terasa sakit. ( Ilyas,1997; 11-12 )
Keluhan–keluhan pasien katarak adalah:
1. Kemunduran ketajaman penglihatan secara perlahan-lahan, mata silau, penglihatan seperti terhalang asap yang makin lama makin tebal. Suatu saat hanya mampu membedakan gelap dan terang.
2. Mata tidak merah dan tidak ada keluhan sakit
3. Pasien lebih senang berada ditempat dengan penerangan yang kurang.

4. PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan berbentuk seperti kancing baju, meempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, diperifer terdapat korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya trnsparasi. Perubahan pada serabut halus multiple ( zonula ) yang memajang dari badan silier kesekitar daerah diluar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan kimia dalam perubahan lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya keretina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu tranmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalm melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda, dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes. Namun sebenarnya katarak merupakan konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang kronik dan “ matang “. Ketika orang memasuki dekade ketujuh katarak bersifat kongenital dan harus diindentifikasi awal karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes dan asupan antitoksin dan yang kurang dalam jangka waktu yang lama. ( Brunner & Suddarth,2002;1997)

5. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kartu nama snellen / mesin telebinokuler ( tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan ) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akvesus atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau penglihatan keretina atau jalan optik.
2. Lapang penglihatan. Penurnan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro vaskuler, massa tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri serebral, gloukoma.
3. Pengukuran tonografi. Mengkaji tekanan intraokuler ( TIO ) normalnya 12-25 mmHg.
4. Pemeriksaan oftalmoskopi. Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
5. Darah lengkap, laju sedimentasi ( LED ). Menunjukkan anemia sistemik atau infeksi.
6. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk memastikan aterosklerosis.
7. Tes toleransi glukosa ( FBS ). Menunjukkan adanya atau kontrol diabetes. ( Marilyn E. Doenges,2000 )

Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit, dan oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound ( Echograpy ) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel / mm3, pasien ini merupakan kandidat untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL. ( Brunner & Suddarth, 2002 )

6. KOMPLIKASI
Meskipun terjadi perbaikan pengembalian kepandangan penuh yang sempurna pada ekstraksi katarak dan implantasi, ada juga yang komplikasinya. Kerusakan endotel kornea, sumbatan pupil, gloukoma,perdarahan, fistula luka operasi, edema makula sistoid, pelepasan koroid, uveitis dan endoftalmitis. Dapat diubah posisinya kembali dengan pemberian tetes mata dilator, diikuti dengan pemberian posisi kepala dan diakhiri dengan tetes mata konstriktor, atau pasien memerlukan pembedahan lagi untuk mereposisi atau mengangkat IOL.

Komplikasi yang umum terjadi pada pembedahan adalah pembentukan membran sekunder, yang terjadi sekitar 25 %pasien dalam 3 sampai 36 bulan setelah pembedahan. Membran yang terbentuk sering disalah artikan dengan opafikasi kapsul posterior atau katarak sekunder. Membran ini dibentuk sebagai akibat proliferasi sisa epitel lensa. Dapat mempengaruhi penglihatan dengan mengganggu masuknya cahaya dan meningkatkan terjadinya disabilitas silau. Dapat dibuat lubang melalui membran ( kapsulotomi ) dengan jarum atau laser ( laser yag ) untuk mengembalikan penglihatan. ( Brunner & Suddarth,2002 )

7. PENATALAKSANAAN
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan laser. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik dicapai 20 / 50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Dengan menggunakan anesthesia lokal. Macam pembedahannya ada 2 macam yaitu Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler dan Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler.
Fakoemulsifikasi merupakan penemuan terbaru pada EKEK, tehnik ini memerlukan penyembuhan yang paling pendek dan penurunan insidensi astigmatisme pasca operasi. Kedua tehnik irigasi-aspirasi dan fakoemulsifikasi dapat mempertahankan kapsula posterior yang nantinya digunakan untuk penyangga IOL. Pengangkatan lensa dapat dilakukan dengan salah satu dari 3 metode; kacamata apakia, lensa kontak, implant IOL. ( Brunner & Suddarth, 2002 )
Penanganan tindakan pembedahan dengan mengangkat lensa merupakan penanganan katarak yang sering dilakukan, biasanya disertai dengan pemasangan lensa intraokuler. Jika pemasangan lensa intraokuler tidak dilakukan, pasien perlu menggunakan kacamata dengan lensa yang tebal untuk menggantikan fungsi lensa yang sudah diangkat tersebut. Perkembangan dramatis telah terjadi dalam tindakan operasi pengangkatan lensa pada saat sekarang ini. Karena tindakan ini merupakan prosedur bedah untuk pasien rawat jalan dan dapat dikerjakan selama 3-4 jam. Ada 2 jenis ekstraksi lensa yaitu intracapsuler extraction adalah pengangkatan keseluruhan lensa dan exstracapsuler extraction adalah pengangkatan lensa tanpa kapsul. ( Charlene J. Reeves,1999;7 )







B. PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah primer pasien. Seperti kesulitan membaca, pandangan mata kabur, rasa terbakar pada mata, mata basah, pandangan ganda, bercak dibelakang mata, atau hilangnya derah penglihatan soliter ( Skotoma, myopia, hiperopia ). Perawat harus menentukan apakah masalahnya hanya mengenai satu atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini.
Juga penting untuk mengekplorasi keadaan atau status okuler umum pasien: Apakah ia mengenakan kacamata atau lensa kontak? Dimana mereka terakhir dikaji? Apakah pasien sedang mendapat asuhan teratur seorang oftalmologi? Kapan pemeriksaan mata terakhir? Apakah tekanan mata diukur? Apakah pasien mengalami kesulitan melihat ( focus ) pada jarak dekat atau jauh? Apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi? Bagaimana dengan masalah membedakan warna, atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer? Apakah pasien pernah mengalami cidera mata atau infeksi mata? Bila ya, kapan? Masalah mata apa yang terdapat dalam keluarga pasien?.
Riwayat mata yang sangat penting. Penyakit apa yang terakhir diderita pasien?

- Masa kanak-kanak – strabismus, ambliopia, cedera ?
- Dewasa- gloukoma, katarak, cedera atau trauma mata, kesalahan refraksi yang dikoreksi, dan bagaimana bentuk koreksinya? Adakah pembedahan mata sebelumnya? Apakah ada diabetes? Hipertensi, gangguan tiroid, gangguan menular seksual, alergi,
- Penyakit kardiovaskuler dan kolagen, kondisi neurologik?
- Penyakit keluarga- adakah riwayat kelainan mata pada family derajat pertama atau kakek-nenek?
Pemahaman pasien mengenai perawatan dan penatalaksanaan mata harus digali untuk mengindentifikasi kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal. ( Brunner & Suddarth,2002;2020 )

Pola fungsional yang digunakan yaitu pola fungsional menurut Virginia Henderson karena teori keperawatan Virginia Henderson ( Harmer & Henderson,1995 ) mencakup seluruh kebutuhan dasar manusia Henderson ( 1964 ) mendefinisikan keperawatan sebagai:
Membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya dimana indivividu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kemandiriannya secepat mungkin.
14 kebutuhan dasar Henderson memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan ( Henderson, 1996 )

1. Bernafas dengan normal
Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sebagai alat bantu klien agar dapat bernafas dengan normal dan kemampuan mendemonstrasikan dan menjelaskan pengaruhnya kepada klien. Perawat harus waspada terhadap tanda-tanda obstruksi jalan nafas dan siap memberikan bantuan dalam keadaan tertentu.
2. Kebutuhan akan nutrisi ( makan dan minum cukup )
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat badan yang normal. Kebutuhan nutrisi yang diperlukan pemilihan dan penyediaan makanan. Pendidikan kesehatannya akan berhasil apabila diperhatikan latar belakang cultural dan sosial klien. Untuk itu perawat harus mengetahui kebiasaan, kepercayaan klien tentang nutrisi. Disamping perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang nutrisi dan tumbuh kembang.

3. Kebutuhan Eliminasi
Perawatan dasarnya meliputi semua pengeluaran tubuh, perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran dan frekuensi pengeluaran, yang meliputi keringat, udara yang keluar saat bernafas.
4. Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Perawat harus mengetahui tentang prinsip- prinsip keseimbangan tubuh, miring dan bersandar. Artinya perawat harus bisa memberikan rasa nyaman dalam semua posisi dan tidak membiarkan berbaring terlalu lama pada satu posisi. Perawat harus bisa melindungi pasiennya selama sakit dengan berhati-hati saat memindahkan dan mengangkat.
5. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur sebagian tergantung pada relaksasi otot, untuk itu perawat harus mengetahui tentang pergerakan badan yang baik. Disamping itu juga dipengaruhi oleh emosi ( stress ) dimana stress merupakan keadaan normal dari aktivitas kreativitas.
Dianggap patologis apabila ketegangan dapat diatasi atau tidak terkontrol dengan istirahat atau dengan secukupnya.
6. Kebutuhan Berpakaian: Berpakaian dan Melepas Pakaian
Perawatan dasarnya meliputi membantu klien memilihkan pakaian yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu untuk memakainya. Perawat tidak boleh memaksakan kepada klien pakaian yang tidak ia sukai karena hal itu dapat menghilangkan rasa kebebasan klien.
7. Mempertahankan Temperatur Tubuh Dalam Rentang Normal
Perawat harus mengetahui fisiologis panas dan bisa mendorong kearah tercapainya keadan panas maupun dingin dengan mengubah temperaturkelembaban atau pergerakan udara atau dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi aktivitasnya. Menu makan dan pakaian yang dikenakan ikut mempengaruhi dalam hal ini.
8. Kebutuhan Akan Personal Hygiene ( Menjaga tubuh agar tetap bersih dan rapi )
Klien harus disediakan fasilitas-fasilitas perawatan dan bantuan perawat sangat dibutuhkan untuk membersihkan kulit, rambut, kuku, hidung, mulut dan giginya. Konsep-konsep mengenai kebersihan berbeda tiap klien tetapi tidak perlu menurunkan hanya karena sakit. Sebaliknya standar yang rendah harur ditingkatkan, perawat harus bisa menjaga pasiennya tetap bersih terlepas dari besarnya badan klien, kedudukan, keadaan fisik dan jiwanya.



9. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman ( Menghindari bahaya dari lingkungan )
Dalam keadaan sehat seseorang bebas mengontrol keadaan sekelilingnya, mengubah keadaan itu bila beranggapan sudah tidak cocok lagi. Jika sakit sikap tersebut tidak dilakukannya. Ketidaktahuan dpat menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Seorang klien mungkin mempunyai pantangan-pantangan yang tidak diketahui petugas kesehatan, kasta, adat istiadat, kepercayaan dan agama mempengaruhi perawat pada dasarnya melindungi klien dari trauma dan bahaya yang timbul oleh organisme patogen.
10. Berkomunikasi Dengan Orang Lain dan Mengekpresikan Rasa Takut dan Pendapat
Keinginan, rasa takut dan pendapat dalam keadaan sehat tiap gerakan emosi nampak pada ekspresi fisik. Bertambah cepatnya denyut jantung atau pernafasan atau muka yang mendadak merah diintrepetasikan sebagai pernyataan jiwa atau emosi. Perawat mempunyai tugas yang kompleks baik yang bersifat pribadi maupun yang menyangkut keseluruhan personalitas dalam hubungan klien dengan tim kesehatan lain dalam memajukan kesehatannya. Tugas terberat perawat adalah membuat klien mengerti dirinya sendiri. Mengerti perlunya perubahan sikap yang memperburuk kesehatannya dan menerima keadaan yang tidak dapat diubah. Penciptaan lingkungan terapeutik sangat membantu dalam hal ini.
11. Kebutuhan Spiritual ( Beribadah Menurut Keyakinan )
Dalam memberikan perawatan dalam situasi apapun kebutuhan spiritual klien harus dihormati dan perawat hrus membantu dalam pemenuhan kebutuhan itu apabila sewaktu sehat melakukan ibadah agama merupakan faktor yang penting bagi seseorang. Maka saat sakit hal itu menjadi lebih penting. Perawat dan petugas kesehatan lainnya harus menyadari bahwa keyakinan, kepercayaan dan agama sangat berpengaruh terhadap upaya penyembuhan.
12. Kebutuhan Bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interpetasi terhadap kebutuhan klien adalah sangat penting. Sakit akan lebih ringan apabila seseorang dapat terus bekerja. Rasa keberatan terhadap terapi bedrest berdasarkan pada meningkatnya perasaan tidak berguna karena tidak efektif. Rehabilitasi pada klien berarti menempatkan kembali pada pekerjaannya yang diproduktif. Makin singkat waktu tidak bekerja, makin mudah dilaksanakan.
13 Kebutuhan Bermain dan Rekreasi
Sering kali keadaan sakit menyebabkan seseorang kehilangan kesempatan menikmati variasi dan kurang segar serta rekreasi. Untuk itu perlu dipilihkan beberapa aktivitas yang sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kecerdasan, pengalaman, dan selera klien, kondisi serta keadaan penyakitnya.
14. Kebutuhan Belajar, Menggali atau Memuaskan Rasa Keingintahuan Yang Mengacu Pada Perkembangan Kesehatan
Bimbingan, latiahan atau pendidikan merupakan bagian dari pelayanan dasar. Fungsi perawat adalan membantu klien belajar dalam mendorong usaha penyembuhan dan meningkatkan kesehatan, serta memperkuat dan mengikuti rencana terapi yang diberikan. Fungsi perawat sebagai pendidik nampak dalam pemberian bimbingan dengan memberikan contoh-contoh dan menjawab pertanyaan yang diajukan. Ini dapat dilakukan dengan sadar maupun tidak sadar, berencana maupun tidak, secara kreatif maupun serampangan. Pembimbingan dapat dilakukan setiap saat ketika perawat memberikan asuhan. ( Perry Potter,2005 )

Riwayat Keperawatan Untuk Pengkajian Mata
Kategori Pengkajian:
a. Tentukan apakah klien memiliki riwayat penyakit mata, trauma mata, diabetes, hipertensi, atau bedah mata. Rasional beberapa penyakit atau trauma dapat menyebabkan resiko kehilangan penglihatan sebagian atau seluruhnya . pembedahan sudah banyak dilakukan untuk mengatasi gangguan penglihatan.
b. Tentukan masalah yang membuat klien mencari layanan kesehatan. Tanyakan pada klien tentang nyeri mata, fotofobia ( sensitive terhadap cahaya ), rasa terbakar, gatal, air mata, atau krusta yang berlebihan, diplopia ( penglihatan ganda ), penglihatan kabur, kesadaran adanya “ film “ dilapang pandang, floater ( bercak hitam kecil, yang terlihat mengambang melintasi lapang pandang ) kilatan cahaya, atau halo sekitar cahaya. Rasional gejala umum penyakit mata mengindikasiakn rujukan ke dokter.
c. Tentukan apakah terdapat riwayt gangguan atau penyakit mata dalam keluarga. Rasional masalah mata tertentu seperti gloukoma atau retinitis pigmentosa bersifat diturunkan.
d. Kaji riwayat pekerjaan dan hobi rekreasi klien apakah ia menggunakan kacamata pelindung? Rasional melakukan pekerjaan dekat dan mengiritasi dapat menyebabkan mata letih. Bekerja dengan komputer dapat menyebabkan ketegangan mata. Tugas pekerjaan tertentu ( misal bekerja dengan zat kimia ) dan aktivitas rekreasi ( misal anggar atau balap motor ) menempatkan seseorang pada resiko cedera mata kecuali jika sudah dilakukan tindakan kewaspadaan.
e. Tanyakan pada klien apakah ia memakai kacamata atau lensa kontak: jika ya seberapa sering ia memakainya? Rasional kacamata atau lensa kontak harus dipakai pada bagian tertentu pemeriksaan untuk mendapatkan pengkajian yang akurat.
f. Tentukan apakah klien terakhir kalinya berkunjung kedokter mata atau optometris. Rasional tanggal pemeriksaan terakhir menunjukkan tingkat perawatan preventif yang dilakukan klien
g. Kaji obat-obatan yang digunakan klien termasuk tetes mata atau salep mata. Rasional menentukan kebutuhan untuk mengkaji pengetahuan klien tentang obat. Obat tertentu dapat menyebabkan gejala penglihatan. ( Perry Potter,2005)

Fokus Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2. Makanan dan Cairan
Gejala : Mual / muntah












3. Neurosensori
Gejala : - Gangguan penglihatan ( kabur / tidak jelas ), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat / merasa diruang gelap.
- Perubahan kacamata atau pengobatan untuk tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : - Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
- Peningkatan air mata
4. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan / mata berair
5. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga gloukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler,terpajan pada radiasi, steroid atau toksisitas fetotiazin. ( doenges,2000 )







b. Fokus Intervensi
1. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan peningkatan TIO ( Doenges,2000 )
Hasil yang diharapkan klien akan:
a. Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cidera
b. Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cidera.
c. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Intervensi
a. Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri,pembatasan aktivitas, penampilan dan balutan mata.
b. Batasi aktivitas seperti menggerakkan mata tiba-tiba, menggaruk mata, membungkuk.
d. Ajarkan penggunaan tehnik manajemen stress, missal: nafas dalam dan latihan relaksasi.
e. Observasi pembengkakan luka
f. Beri obat sesuai indikasi, missal antiemetic,asetazolamid, silklopegis, analgetic.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive bedah pengangangkatan katarak. ( Doenges,2000 )
Hasil yang diharapkan klien akan
a. Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu
b. Mengindentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
Intervensi
a. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh atau mengobati mata.
b. Ajarkan tehnik yang tepat untuk membersihkan mata
c. Tekankan untuk tidak menyentuh atau menggaruk mata yang dioperasi
d. Observasi tanda terjadinya infeksi
e. Beri obat sesuai indikasi misal antibiotik
3. Gangguan sensori perceptual, penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori. ( Doenges,2000 )
Intervensi:
a. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain yang ada dilingkungannya
b. Observasi tanda dan gejala disorientasi


c. Perhatikan tentang curam atau penglihatan kabur dan iritasi mata.
d. Anjurkan pasien menggunakan kacamata katarak
e. Letakkan barang yang dibutuhkan dalam jangkauan pada sisi yang tidak dioperasi

4. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler ( Carpenito,2000 )
Intervensi:
a. Jelaskan sebab-sebab nyeri kepada individu jika diketahui
b. Hubungkan penerimaan anda tentang respon individu terhadap nyeri, mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai nyeri
c. Anjurkan keluarga untuk tetap memberikan perhatian walaupun nyeri tidak diperlihatkan.
d. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
e. Ajarkan strategi relaksasi khusus.
f. Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgetik.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tdak mengenal sumber informasi. ( Doenges,2000 )
Hasil yang diharapkan:
a. Mengatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan pengobatan.
b. Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi
a. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin.
b. Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas
c. Ajarkan metode yang tepat untuk memasukkan obat tetes mata untuk meminimalkan efek sistemik.
d. Anjurkan pasien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu, dan menggunakan kacamata gelap bila keluar atau dalam ruangan terang
e. Dorong pemasukan air adekuat, makanan berserat.









2. Clinical Pathways dan Fokus Intervensi

a. Clinical Pathways

Usia lanjut, Fx genetic Kongenital akibat penggunaan kelainan sistem
Gangguan pertumbuhan infeksi virus dimasa kartikostero- metabolic (DM)
Konsumsi rokok & al- pertumbuhan janin id jangka kekurangan
Kohol, traumatik (contoh : virus jer- panjang insulin penim-
Bunan sorbitol & fruktosa di
Dalam lensa

Perubahan nekleus &
Kortek lensa

Lensa keruh

KATARAK


Kurang informasi Operasi


MK5
Kurang Pengetahuan Lensa pengganti Sayatan selaput
bening

Tanpa pembedahan
Tekanan vena-vena
mengadakan drainase jahitan banyak
Kapsul lensa humor Aquos
Semi permiabel
Penyembuhan lama
Peningkatan TIO
Ruptur kapsul Gangguan penerimaan
Sensori

Kerusakan lensa
Ruang anterior MK1 MK2
Resiko Cidera Resti Infeksi MK3
Gangguan sensori
Perseptual peng-
Buta MK4 lihatan
Nyeri

s

askep ISK

BAB II
KONSEP DASAR

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih adalah Kolonisasi bekeri diberbagai bagian tempat disaluran kemih.
(Cecily L. Betz & Linda A.S,2002:492)

Infeksi Saluran Kemih adalah Infeksi yang umum terjadi pada anak yang ditandai dengan respon peradangan dan bakteri dalam urin.
(Suriadi,Skp & Rita Yuliani,Skp,2001: 161)

Infeksi Saluran Kemih adalah pada umunya disebabkan oleh golongan enterobacteriaceace yang berasal dari daerah perineum atau traktus intestinal.
(Ngastiyah,1997: 286)

Infeksi Saluran Kemih adalah merupakan infeksi traktus urinarius yang disebabkan karena adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius dengan atau disertai tanda dan gejala, infeksi ini sering mengenai kandung kemih, prostate, uretra, dan ginjal.
(Brunner & Suddarth,2002: 1438)
2. Penyebab
Infeksi Saluran Urin bagian bawah disebabkan oleh infeksi bakteri eschericia coli, Klebsiela, Proteus, Pseudomonas dan Seratia.
(dr.drh.Mangku Sitepoe,1996:386)

1. Organisme yang secara normal ditemukan dalam UTI/ISK
Escherichia Coli, Stafilokokus saprotikus dan streptokokus faecalis.
2. Organisme lain yang menyebabkan UTI/ISK
Proteus mirabilis, satu atau lebih klebsiela, Enterobachter dan Pseudomas.
(Brunner Suddarth,2002:1430)
3. Manifestasi klinis
- selalu ingin buang air seni
- terasa sakit dengan kram (spasme) dari andung kemih
- terasa gatal atau panas sewaktu buang air seni
- pada pria dijumpai cairan yang keluar dari uretra
- demam
- sakit pinggang
- perasaan tidak nyaman
- kesakitan pada permukaan kandung kemih
(dr.drh.Mangku Sitepoe,1996:386)


4. Patofisiologi
Kolonisasi bakteri dari salah satu organisme diatas uretra,distal, & vagina.plora kemudian naik kekandung kencing tempat mikro organisme melekat keepitelium traktus urinarius.Perlekatan bakteri cenderung tinggi pada tahap awal penyakit,pase tergantung estrogen dalam siklus menstruasi,setelah histerektomi total dan seiring dengan proses penuaan yang memperlihatkan bahwa status hormon ikut berperan,selain itu atropi epitelium uretral akibat proses penuaan dapat mengurangi kekuatan pancaran urin dan keefektifan pengeluaran bakteri melalui berkemih
(Brunner & Suddarth,2002:1429)

5. Pemeriksaan penunjang
Keberadaan UTI akan terdeteksi jika urinalisis menunjukkan adanya peningkatan sel darah putih (WBCs). Kultur urine dan sensitivitas dilakukan,infeksi ginjal menunkukkan bakteri yang terlapisi antibody didalam urine IVP dikontraindikasikan untuk mencegah penyebaran infeksi
(Joko Setyono,2001: 211)




2. Komplikasi
1. Infeksi berulang
2. Pyelonefritis
(Cecily L..Betz & Linda A.S,2001:494)
3. Pembentukan abses ginjal
4. Gagal ginjal
(Elizabeth J. Corwin,2001: 493)


7. Penatalaksanaan
a. Antibiotik 7-10 hari pada anak dengan cyctitis atau sesuai program
b. Anak dengan pyelonephritis perlu antibiotik intra vena sesuai program
c. Follow up (kontrol ulang) urine kultur harus dilakukan setelah pemberian antibiotik.
(Suriadi,Skp & Rita Yuliani,Skp,2001:163)

2. Pemeriksaan diagnostik
a. Kultur urine dan anaisa urine
b. Radiologi
c. Scan ginjal
d. Voiding cystourethrogram
e. Intravenous Pyelogram (IVP)
(Suriadi,Skp & Rita Yuliani,Skp,2001:163)

3. KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian Data Dasar
a..Aktivitas/istirahat
Gejala : Pekerjaan monoton pekerjaan dimana pasien terpajan pada
Lingkungan bersuhu tinggi.
: Keterbatasab aktivitas/imobilisasi sehubungan denan kondisi sebelumnya (penyakit tak sembuh cidera medulla spinalis)
b. Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri,ansietas,gagal ginjal
: Kulit hangat dan kemerahan,pucat
c. Eliminasi
Gejala: Riwayat adanya ISK kronis : sebelumnya (kalkulus)
: Penururna haluran urinekandung kemih penuh
: Rasa terbakar,dorongan berkemih
: Diare
Tanda: Oliguria,hematuria,piuria
: Perubahan pola urine
d. Makanan/Cairan
Gejala: Mual,muntah,nyeri tekan abdomen
: Diit tinngi purin,kalsiun,oksolat dan pospat
: Ketidakcukupan pemasukan cairan;tidak minum air dengan cukup
Tanda: Distensi abdominal,penurunan/tak adanya bisig
: Mual
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Episode akut nyeri berat nyeri kolik,lokasi tergantung pada lokasi batu,contoh pada panggul diregiasudut kostovertebral,dapat menyebar kepunggung abdomen dan turun kelipat paha/genetalia.Nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada dipelvis atau kalkulus ginjal.
: Nyeri dapat digambarkan sebagai akut,hebat tidak hilang dengan dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : Melindungi, perilaku distraksi
Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
e. Keamanan
Gejala : Penggunaan alcohol
: Demam, menggigil

f. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,gout, ISK kronis
: Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
: Penggunaan antibiotik, antihipertensi, natrium bikarbonat,alupurinol, fosfat, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin
(Marilynn E. Doenges,2000:68-687)

Pengkajian fisik : Manifestasi klinis
Informasi spesific yang dikaji termasuk berikut : Nyeri/ketidaknyamanan ketika berkemih, perasaan ingin sekali berkemih, kesulitan untuk memulai berkemih, merasa berkemih tidak tuntas, sering berkemih/ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih. Informasi yang lain yang didapatkan termasuk perubahan warna urin, jernih/berbau, seperti adanya darah dan mucus dalam urin.
(Donna D. Ignatavicius,1995:1835)

Pola pengkajian yang digunakan yaitu pola fungsional menurut Virginia Henderson, Karena teori keperawatan Virginia Henderson (Normer dan Henderson,1995) mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang manusia.Henderson (1964) mendefinisikan keperawatan sebagai membantu individuyang sakit dan sehat dalam melaksanakan aktifitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhanya bila ia memiliki kekuatan dan kemauan dan pengethuan yang dibutuhkan. Dan hal ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kembali kemandirianya secepat mungkin. Kebutuhan dasar menurt Henderson (14 kebutuhan dasar Henderson) memberikan kerangka karya dalam melakukan Asuhan Keperawatan antara lain :
1. Bernapas dengan normal
2. Makan dan minum cukup
3. Eliminasi
4. Bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki
5. Istirahat tidur
6. Memilih cara berpakaian, berpakaian dan melepas pakaian
7. Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
8. Menghindari bahaya dari lingkungan
9. Berkomunikasi dengan orang lain
10. Beribadah menurut keyakinan
11. Bekerja yang menjanjikan prestasi
12. Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
13. Belajar, menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada perkembangan dan kesehatan normal.
(Potter Patricia. A,2005:150)

Evaluasi
1. Menjelaskan metode untuk meningkatkan kenyamanan
2. Mendemonstrasikan tentang cara perawatan diri
3. Mengidentifikasikan strategi pencegahan infeksi berulang/kekambuhan mendeteksi gejala dan memilih obat yang tepat.
(Donna D. Ignatavicius,1995:1835-1839)

b. Fokus Intervensi
1. Nyeri akut b/d trauma jaringan
Tujuan : Klien dapat mengontrol atau menghilangkan nyeri yang dirasakan secara mandiri.
Intervensi : Catat lokasi,lamanya intensitas dan penyebaran : Jelaskan penyebab nyeri dan sarankan klien melaporkan segera bila merasakan adanya nyeri
: Berikan tindakan nyaman contoh : Pijatan punggung
: Bantu atau dorong penggunaan napas dalam
: Dorong/bantu dengan ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 liter/hari
: Perhatikan keluhan peningkatan/menetapnya nyeri abdomen
2. Perubahan eliminasi urin b/d inflamasi, obstruksi mekanik
Tujuan : Klirn mempunyai pada berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya, tidak mengalami tanda obstruksi
Intervensi : Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urin
: Kaji pola berkemih normal dan perhatikan variasi
: Dorong meningkatkan pemasukan cairan
: Periksa semua urin
: Kaji adanya keluhan kandung kemih penuh, palpasi untuk distensi suprapubik
: Observasi perubahan tingkat kesadaran
: Awasi pemeriksaan laboratorium ureum, kreatinin
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d mual,muntah
Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil dan berat badan dalam rentang normal, nadi perifer normal, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi : Awasi pemasukan dan pengeluran
: Catat insiden muntah
: Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 liter/hari
: Awasi tanda vital
: Timbang berat badan tiap dari
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) b/d kurang terpajan/mengingat, tidak mengenal sumber informasi.
Intervensi : Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa datang
: Kaji ulang program diet, sesuai individual
: Mendengar dengan aktif tentang program terapi/perubahan pola hidup
: Diskusikan dengan klien program pengobatan
: Ajarkan perawatan yang tepat.
(Marilynn E. Doenges,2000:688-692)
















2. CINICAL PATHWAY

askep epilepsi

BAB II

KONSEP DASAR

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Epilepsi adalah gejala kompleks dan banyak gangguan fungsi otak berat yang dikarakteristikkan oleh kejang yang berulang.
( Smeltzer, 2002 ; 2003 )
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala – gejala yang datang dalam serangan berulang yang disebabkan lepasnya muatan listrik abnormal sel otak yang bersifat reverseble dengan berbagai etiologi
( Mansjoer, 2000 : 27 )
Epilepsi adalah kelainan kejang akibat pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf kontek serebral yang ditandai dengan serangan tiba – tiba terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, gangguan fenomena sensori
( Dengoes, 2000 : 259 )
Epilepsi adalah bangkitan kejang akibat pelepasan muatan listrik yang berlebihan di sel saraf pusat dimana ditandai dengan terganggunya fungsi otak
( Ngastiyah, 1997 : 293 )
Epilepsi adalah kelainan kejang akibat pelepasan muatan listrik yang berlebihan sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi otak

B. ETIOLOGI
1. Faktor fisiologis
2. Faktor biokimia
3. Faktor anatomis
4. Gabungan dari faktor fisiologis, biokimia dan anatomis
( Depkes, 1995 : 83 )

Penyebab dari epilepsi antara lain :
1. Trauma lahir
2. Asphixia neonatrum
3. Cidera kepala
4. Beberapa infeksi
5. Keracunan
6. Gangguan metabolisme dan nutrisi
7. Intoksikasi obat – obatan
( Smeltzer, 2002 : 2203 )

C. PATHOFISIOLOGI
Gejala yang timbul akibat serangan epilepsi sebagaian besar otak mengalami kerusakan berat atau ringanya gangguan tersebut tergantung dari lokasi dan keadaan patologinya. Bila terjadi lesi pada bagian otak tengah, thalamus dan kontkes serebri kemungkinan bersifat epileptogenik sedangkan lesi pada serebellum dan batang otak biasanya tidak mengakibatkan serangan epileptik.
Serangan epileptik terjadi karena adanya pelepasan muatan listrik yang berlebihan di neuron – neuron di susunan saraf pusat yang terlokalisir pada neuron tersebut. Dalamnya gangguan keseimbangan antara proses aksesif atau eksitasi dan inhibisi pada interaksi neuron. Hal ini juga disebabkan gangguan pada sel neuron sendiri atau transmisi sinaptiknya. Transmisi sinaptiknya oleh neuro transmiter yang bersifat eksitasi. Inhibisi dalam keadaan gangguan keseimbangan akan mempengaruhi polarisasi sel dimana pada tingkat membran sel maka neuron epileptik ditandai oleh proses biokimia tertentu ; yaitu ketidakstabilan membran sel saraf sehingga sel mudah diaktifkan. Neuron hipersensitifitas dengan menurun sehingga mudah terangsang serta dapat menyebabkan kejang atau memungkinkan terjadinya polarisasi yang berlebihan atau hiperpolarisasi atau terhentinya repolarisasi karena perbedaan potensial listrik lapisan intra sel dan ekstra sel
Neurotransmiter yang bersifat inhibisi akan menimbulkan keadaan depolarisasi yang akan melepaskan muatan listrik secara berlebihan yaitu asetiolin, roradrenalin, dopamen, 5 hidroksitriptomin
Penyebaran epileptik di neuron ke bagian otak lain terjadi oleh gangguan pada kelompok neuron inhibitor yang berfungsi menahan pengaruh neuron lain, sehingga terjadi sinkronisasi dan aktifikasi yang berulang – ulang terjadi perluasan sirkuit kortino kartikal melalui serabut asosiasi atau ke kontralateral malalui koposkolosom profeksi thalonokortikal difusi. Penyebaran ke seluruh ARAS sehingga klien kehilangan kesadaran atau gangguan pada formatio retikularis sehingga sistim motovis kehilangan kontrol normalnya dan menimbulkan kontraksi otot polos.
( Depkes, 1995 ; 83 )

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Kehilangan kesadaran
2. Aktivitas Motorik
a. Tonik klonik
b. Gerakan sentakan, tepukan atau menggarau
c. Kontraksi singkat dan mendadak disekelompok otot
d. Kedipan kelopak mata
e. Sentakan wajah
f. Bibir mengecap – ecap
3. Kepala dan mata menyimpang ke satu sisi
4. Fungsi pernafasan
a. Takipnea
b. Apnea
c. Kesulitan bernafas
d. Jalan nafas tersumbat
( Tucker, 1998 : 432 )
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrolit, tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi pada aktivitas kejang
2. Glukosa, hipolegikemia dapat menjadi presipitasi ( percetus ) kejang
3. Ureum atau creatinin, meningkat dapat meningkatkan resiko timbulnya aktivitas kejang atau mungkin sebagai indikasi nefrofoksik yang berhubungan dengan pengobatan
4. Sel darah merah, anemia aplestin mungkin sebagai akibat dari therapy obat
5. Kadar obat pada serum : untuk membuktikan batas obat anti epilepsi yang teurapetik
6. Fungsi lumbal, untuk mendeteksi tekanan abnormal, tanda infeksi, perdarahan
7. Foto rontgen kepala, untuk mengidentifikasi adanya sel, fraktur
8. Electro ensefalogran ( EEG ) melokalisasi daerah serebral yang tidak berfungsi dengan baik, mengukur aktivitas otak
9. CT scan, mengidentifikasi letak lesi serebral, infark hematoma, edema serebral, trauma, abses, tumor dan dapat dilakukan dengan atau tanpa kontras
10. DET ( Position Emission Hemography ), mendemonstrasikan perubahan metabolik
( Dongoes, 2000 : 202 )

F. KOMPLIKASI
1. Kerusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat timbul akibat kejang yang berulang
2. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas
( Elizabeth, 2001 : 174 )

G. PENATALAKSANAAN
1. Atasi penyebab dari kejang
2. Tersedia obat – obat yang dapat mengurangi frekuensi kejang yang didalam seseorang
( Elizabeth, 2001 : 174 )
3. Pengobatan
- Anti konvulson
- Sedatif
- Barbirorat
4. Diit
- Reguler
- Katogenisi

5. Operasi
- Reseksi bagian yang mudah terangsang
(Tucker, 1998 : 483 )

H. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian data dasar
Data dasar adalah dasar untuk mengindividualisasikan rencana asuhan keperawatan, mengembangkan dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan perawat untuk klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu dengan kata lain data pengkajian harus relevan ( Potter, 2005 : 144 )
Identitas atau biodata terdiri dari tinggi atau kesiapan psikis. Pendidikan untuk mengetahui wawasan dan pengetahuan, agama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak, pekerjaan untuk mengetahui status sosial ekonomi dan alamat untuk mengetahui komunitasnya
Riwayat keperawatan sekarang didapatkan dengan pengkajian dari penyakit saat ini, riwayat kesehatan keluarga. Pada pengkajian riwayat penyakit saat ini diperoleh dengan pengumpulan data yang penting dan berkaitan tentang awitan gejala. Perawat menentukan kepan gejala timbul, apakah gejala selalu timbul atau hilang dan timbul. Perawat juga menanyakan tentang durasi gejala. Pada bagian tentang riwayat penyakit sat ini perawat mencatatkan informasi spesifik seperti letak, intentitas dan kualitas gejala
Riwayat kesehatan masa lalu diperoleh dengan pengkajian tentang riwayat masa lalu sehingga memberikan data tentang pengalaman perawatan kesehatan klien. Perawat mengkaji apakah klien dirawat dirumah sakit atau pernah menjalani operasi juga penting dalam merencanakan asuhan keperawatan adalah deskripsi tentang alergi termasuk alergi terhadap makanan, obat – obatan atau polutan. Juga terdapat pada format pengkajian. Perawat juga mengidentifikasi kebiasaan dan pola gaya hidup. Penggunaan tembakau, alkohol, kafein, obat – obatan atau medikasi yang secara rutin digunakan dapat membuat klien berisiko terhadap penyakit yang menyerang napas, paru – paru, jantung, sistem saraf, atau berfikir dengan membuat catatan tentang tipe kebiasaan juga frekuensi dan durasi penggunaan akan memberikan data yang penting
Pengkajian pada riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data tentanghubungan kekeluargaan langsung dan hubungan darah. Sasarannya adalah untuk menentukan apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial dan untuk mengidentifikasi area tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Riwayat keluarga juga memberikan informasi tentang struktur keluarga, interaksi dan fungsi yang mungkin berguna dalam merencanakan asuhan, keperawatan ( Potter, 2005 : 158 )
Pada pola pengkajian fungsional, penulis menggunakan pola pengkajian menurut Virginia Handerson karena teory keperawatan tersebut (Handerson, 1955 ) mencakup seluruh kebutuhan dasar manusia. Handerson ( 1964 ) mengidentifikasikan keperawatan sebagai membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya dimana individu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan. Bila ia memiliki kekuatan, kemampuan dan kebutuhan. Dalam hal ini dilakukan agar dapat mengembalikan kembali kemandiriannya secepat mungkin
( Potter, 2005 : 159 )
Pengkajian fisik pada kasus ini difokuskan pada sistem persyarafan dan sistem neurologis bertanggung jawab terhadap banyak fungsi, termasuk stimulus sensori, organisasi proses berfikir, kontrol bicara dan penyimpanan memori. Kebutuhan dasar menurut Virgina Handerson memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan diantaranya :
1. Bernafas secara normal
Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sebagai alat pembantu klien agar dapat bernafas dengan kontrol dan kemampuan mendemonstrasikan serta menjelaskan pengaruhnya kepada klien. Perawat harus waspada terhadap tanda – tanda obstruksi jalan nafas dan siap memberikan bantuan dalam keadaan tertentu
2. Kebutuhan akan Nutrisi
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat badan yang normal, kebutuhan nutrisi yang diperlukan, pemilihan dan penyediaan makanan, pendidikan, kesehatan akan berhasil apabila diperhatikan latar belakang kultural dan sosial klien. Untuk itu perawat harus mengerti kebiasaan, kepercayaan klien tentang nutrisi disamping nutrisi dan tumbuh kembang
3. Kebutuhan Eliminasi
Perawatan dasarnya meliputi semua pengeluaran tubuh, perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya. Jarak waktu pengeluaran dan frekuensi pengeluaran yang meliputi keringat. Udara yang keluar saat bernafas, menstruasi, muntah, buang air besar atau kecil
4. Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Perawat harus mengetahui tentang prinsip – prinsip keseimbangan tubuh miring dan besar artinya perawat harus bisa memberikan rasa nyaman dalam semua posisi dan tidak membiarkan terbaring terlalu lama pada satu sisi. Perawat harus dapat melindungi pasiennya selama sakit dengan berhati – hati saat memindahkan dan mengangkat

5. Kebutuhan Istirahat Tidur
Istirahat dan tidur tergantung pada relaksasi otot, untuk itu perawat harus mengetahui tentang pergerakan badan yang baik disamping itu juga dipengaruhi oleh emosi (stress) dimana stress merupakan keadaan dimana aktivitas dan kreatifitas dianggap patologis apabila ketegangan dapat diatasi atau tak terkontrol dengan istirahat cukup.
6. Kebutuhan Berpakaian
Perawatan pada dasarnya meliputi membantu klien memilih pakaian yang tersedia dan membantu urutan memakainya. Perawat tidak boleh memaksakan pada klien pakaian yang tak sesuai dan disukai klien hal tersebut dapat menghilangkan rasa kebebasan klien.
7. Mempertahankan Temperatur Tubuh atau Sirkulasi
Perawat harus mengetahui kebutuhan fisiologi pasien dan bisa mendorong kearah tercapainya keadaaan normal maupun dengan mengubah temperatur kelembapan, pergerakan udara atau dengan menguatkan serta mengurangi aktivitasnya. Menu makanan dan pakaian yang dikenakan mempengaruhi dalam hal ini.
8. Kebutuhan Akan Personal Higine
Klien harus menyediakan fasilitas dan bantuan peralatan sangat dibutuhkan untuk membersihkan kulit, rambut, kuku, hidung, mulut dan giginya konsep – konsep mengeanai kebersihan berbeda tiap klien tetapi tak perlu menurunkan hanya karena sakit. Sebaliknya standart kerendah harus ditingkatkan perawat harus bisa menjaga posisinya tetap bersih terlepas dari keadaan fisik jiwa yang kotor.
9. Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman
Dalam keadaan sehat setiap orang bebas mengontrol keadaan sekelilingnya atau mengubah keadaan itu bila beranggapan sudah tak cocok lagi jiwa sakit sikap tersebut tidak dapat dilakukan ketidaktahuan dapat menimbulkan kekawatiran yang tak perlu baru dalam keadaan sehat atau sakit. Seorang klien mungkin mempunyai pantangan yang tak diketahui dan petugas kesehatan, kasta, adat istiadat kepercayaan dari agama mempengaruhi peraturan dasarnya meliputi melindungi klien dari trauma dan bahaya yang timbul.
10. Berkomunikasi Dengan Orang Lain Dan Mengekspresikan Emosi, Keinginan Rasa Takut Dan Pendapat
Keinginan rasa takut dan pendapat dalam keadaan sehat tiap bersikap emosi tampan pada ekpresi fisik bertambah, cepatnya denyut jantun, pernafasan atau muka yang mendadak merah dinterprestaikan sebagai pernyataan jiwa atau emesi. Perawat mempunyai tugas yang kompleks baik bersifat pribadi maupun yang mengarahkan keseluruhan personalitas dalam memberi bantuan kepada klien. Perawat harus menterjemahkan dalam hubungan klien dengan temperatur dalam memasukan kesehatannya tugas terberat perawat adalah membuat klien mengerti dirinya sendiri, mengerti perubahan sikap yang memperburuk kesehatan dan menerima keadaan yang tidak dapat diubah, menciptakan lingkunagan yang teraupetik sangat membantu dalam hal ini.
11. Kebutuhan Spritual
Dalam memberiakn perawatan dalam situasi apapun kebutuhan spritual klien harus dicermati dan perawatan harus membantu dalam pemenuhan kebutuhan itu. Apabila sewaktu sehat melakukan ibadah agama merupakan perintah yang penting bagi seseorang maka saat sakit hal ini menjadi lebih penting perawat, petugas keshatan lain
12. Kebutuhan Bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi terhadap kebutuhanklien sangat penting rasa keberatan terhadap therapy bedrest didasarkan pada meningkatnya perasaan tak berguna karena tidak aktif
13. Kebutuhan Bermain dan Rekreasi
Seringkali keadaan sakit menyebabkan seorang kehilangan kesepakatan meningkat variasi dan udara segar serta rekreasi, untuk itu perlu dipilihkan beberapa aktivitas yang sangat dipengaruhi oleh jenis kreatifitas, umur,kecerdasan dan pengalaman serta selera klien kondisi dan keadaan penyakitnya.
14. Kebutuhan Belajar
Bimbingan latihan atau pendidikan merupakan bagian dari pelayanan dasar. Fungsi perawat adalah membantu klien belajar dalam mendorong usaha penyembuhan dan meningkatkan kesehatan serta memperkuat dan mengikuti rencana therapy yang diberikan pembimbing dapat dilakukan setiap resiko saat klien perawat memberikan asuhan
Pengkajian fungsi neurologis dapat menghabisakan banyak waktu. Perawat yang efesiensi mengintegrasikan pemeriksaan neurologis dengan bagian pemeriksaan fisik lainnya sebagai contoh fungsi saraf cranial dapat diuji ketika survei kepala dan leher status emosi dan mental diobservasi pada saat data riwayat keperawatan dikumpulkan. Riwayat keperawatan untuk mengkaji sistem neurologis misalnya dengan menentukan apakah klien mengkonsumsi analgesik, tarutama apakah klien mempunyai riwayat kejang , skrining klien untuk menentukan adanya sakit kepala terutama pusing didiskusikan dengan anggota keluarga tentang adanya perubahan perilaku, kaji klien untuk adanya riwayat perubahan pada sistem penginderaan serta tinjau riwayat masa lalu untuk adanya cedera kepala ( Potter, 2005 ; 916 ).
Pengkajian fisik meliputi pemeriksan keadaan umum meliputi memeriksa adanya keluhan pada kulit, bentuk tulang, kekenyataan otot, mengukur tanda-tanda vital untuk tubuh juga inspeksi gerakan – gerakan abnormal seperti fasikuli, mioclonic dll. Selanjutnya adalah pengkajian tes fungsi cerebral yang meliputi : pemeriksaan keadaan, omentasi baik tempat, waktu, daya ingat, bicara. Tes fungsi cerebral yang meliputi pengakajian secara nervus 1 – 12 nervus selanjutnya tes fungsi motorik dan fungsi cerebellum, tes fungsi sensori, tes fungsi reflek yang meliputi reflek fisiologis, reflek abdominal dan reflek dinal, reflek bulbocavernosa yang terakhir terangsang meningkat.
( Depkes, 1995 ; 16-27 )
Pada pengkajian fisik juga dapat ditemukan data – data lain diantaranya :
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, umur , keterbatasan dalam beraktivitas
Tanda : perubahan tonus otot, kontraksi otot atau sekelompok otot
2. Sirkulasi
Gejala : Hipertensi, peningkatan nadi,sianosis
3. Integritas Ego
Gejala : Stresor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan
Tanda : Pelebaran rentang respon emosional
4. Eliminasi
Gejala : Inkontensia episodik
Tanda : Peningkatan tekanan kandung kemih, otot relaksasi yang mengakibatkan interkontensia.
5. Makanan
Gejala : Sertifitas terhadap makanan,mual muntah.
Tanda : Kerusakan jaringan lunak atau gigi, hiperplasia.


6. Neorosensori
Gejala : Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang yang berulang, pingsan,pusing, riwayat trauma kepala.
Tanda : Karakteristik kejang :
a. Fase prodoumal : adanya perubahan pola pada rekreasi emosi atau respon afectif yang tak menentu.
b. Keadaan umum : tonik klonik, kekakuan,penurunak kesadaran.
c. Kejang parsial : pasien tetap sadar dengan aksi mimpi, melamun, jalan – jalan.
d. Status epiletilikus : aktivitas kejang yang terjadi terus menerus dengan spontan gejala putus anti konvulsan tiba – tiba dan fenomena metabolik lain.
7. Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri otot,nyeri abnormal.
Tanda : Sikap dan tingkah laku perubahan tonus otot.
8. Pernafasan
Gejala : Gigi mengatup,siasonis pernapasan dan turun cepat, peningkatan sekresi mukus.
9. Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, fraktur
Tanda : Tauma pada jaringan lunak, penurunan kekuatan otot
10. Interaksi Sosial
Gejala : Masalah dalam hubungan inter personal dalam keluarga dan lingkungan sosialnya.
( Doenges, 2000; 259 )
b. Fokus Intervensi
1. Resiko tinnggi terhadap trauma, pengeentian pernapsan b/d kelemahan, kesulitan kesimbangan, keterbatasan kognitif, kehilangan koordinasi otot besar atau kecil, kesulitan emosional
- Hasil yang diharapkan :
a. Mampu mengungkapkan pemaham faktor yang menunjang kemunginan trauma
b. Mendemonstrasikan perilaku perubahan gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko
c. Mampu mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan
d. Mampu mempertahankan antara pengobatan sesuai indikasi
e. Mampu mengidentifikasi tindakan yang diambil bila terjadi kejang
- Intervensi
1. Gali bersaka pasien berbagai stimulasi yang dapat menjadi pencetus kejang
Rasionalisasi : alkohol, berbagai obat dan stimulasi lain dapat meningkatkan resiko terjadinya kejang
2. Pertahankanlah bantalan lunak pada penghalang temapt tidur
Rasionalisasi : mengurangi trauma saat kejang selama pasien berada ditempat tidur
3. Catat tipe dari aktivitas kejang dan beberapa kali terjadi
Rasionalisasi : membantu untuk melokalisasi daerah otot yang terkena
4. Lakukan penilaian neurologis atau tanda – tanda vital setelah kejang
Rasionalisasi : mencatat keadaan pewintal dan waktu penyembuhan pada keadaan normal
5. Observasi munculnya tanda – tanda status epileptikus
Rasionalisasi : untuk keadaan darurat yang mengamcamhidup yang dapat menyebabkan henti nafas, hipolsia, kerusakan pada otak atau sel saraf
2. Pola nafas tidak efectif b/d merusakan neuromuskuler, obstruksi trakea bronkial kerusakan persepsi
- Hasil yang diharapkan :
Mampu mempertahankan pola nafas yang efectif dengan jalan nafas paten aspirasi dicegah
- Intervensi :
a. Anjurkan pasien mengosongkan mulut dari makanan
Rasionalisasi : menurunkan resiko aspirasi atau masuknya suatu benda asing ke faring
b. Letakan pasien pada posisi miring, permukaan datar, meiringkan kepala secara serangan kejang
Rasionalisasi : meningkatkan aliran sekret mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas
c. Masukan spatel lidah sesuai indikasi
Rasionalisasi : mencegah tergigitnya lidah dan menfasilitasi saat melakukan penghiasapan lendir.
d. Lakukan penghisapan sesuai indiaksi
Rasionalisasi : menurunkan resiko aspirasi serebal sebagai akibat di sirkulasi yang menurun
e. Berikan tambahan oksigen
Rasionalisasi : dapat menurunkan hipeksia serebal sebagai akibat di sirkulasi yang menurun
3. Gangguan harga diri, identitas pribadi b/d stigma berkenaan dengan kondisi,persepsi tentang tidak kekontrol
- Hasil yang diharapkan :
a. Mampu mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping dengan persepsi negatif pada diri sendiri
b. Mampu meningkatkan masa harga diri dalam hubungan diagnosis
c. Mampu mengungkapkan persepsi realitis dan penerimaan diri dalam perubahanperan atau gaya hidup
- Intervensi :
a. Diskusikan perasaan pasien mengenai diagnostik persepsi diri terhadap penanganan yang dilakukan
Rasionalisasi : reaksi yang ada bervariasi diantaranya individu dan pengetahuan atau pengalaman awal dengan keadaan penyakitnya akan mempengaruhi pengobatan
b. Identifikasi kemungkinan reaksi orang lain pada keadaan penyakitnya
Rasionalisasi : memberikan kesempatan untuk bevespen pada proses pemecahan masalah dan memberikan kesadaran kontrol terhadap situasi yang dihadapi
c. Gali bersama pasien mengenai keberhasilan yang telah diperoleh
Rasionalisasi : memfokuskan pada aspek yang positif dapat membantu untuk menghilangkan perasaan dari kegagalan atau untuk kesadaran terhdap diri sendiri
d. Hindari pemberian perlindungan yang amat berlebihan pada pasien
Rasionalisasi : Partisipasi dalam sebanyak mungkin pengalaman dapat mengurangi depresi tentang keterbatasan
e. Tekankan pentingnya orang terdekat untuk tetap dalam keadaan terang selama kejang
Rasionalisasi : ansietas dari pemberian asuhan dalam menjalankan dan bila sampai pada pasien dapat meningkatkan persepsi kognitif terhadap keadaan lingkungan
4. Kurang pengetahuan b/d kurang pemanjaan kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif kegagalan untuk berubah
- Hasil yang diharapkan
a. Mampu mengungkapkan pemahaman tentang gangguan dan berbagai rangsangan yang dapat meningkatkan aktivitas kejang
b. mampu memulai perubahan perilaku gaya hidup sesuai indikasi
c. menaati aturan obat yang diresepkan
- Intervensi :
a Jelaskan kembali tentang patofisiologi penyakitnya
Rasionalisasi : memberikan kesempatan untuk mengklasifikasikan kesalahan persepsi dan keadaan penyakit
b. Beri petunjuk yang jelas pada pasien untuk minum obat bersamaan dengan waktu makan
Rasionalisasi : dapat menurunkan iritasi lambung, mual dan muntah
c. Diskusikan manfaat dari kesehatan umum yang baik
Rasionalisasi : aktivitas yang sedang dan teratur dapat membantu menurunkan faktor predisposisi yang meningkatkan perasaan sehat
d. Tinjau kembali kebersihan mulut dan perawatan gigi
Rasionalisasi : menurunkan resiko infeksi mulut dan hiperplsia digusi
( Donges, 2000;262 )

2. Clinical Pathway dan Fokus Intervensi
a. Pathway
Etiologi
Faktor Psikologis,
Biokimia, anatomis

+ G3 keseimbangan eksesif / eksistasi
+ G3 transmisi sinapsik

Mempengaruhi polavisasi
Membran sel

+Ketidak stabilan membran saraf
+ Hypersersifikas neuron
+ terjadi polarisasi >>

Perbedaaan potensial listrik
Intra dan ekstra sel

Ion tidak seimbang

Membran neuron mengalami depolariasi

Melepaskan muatan listrik >>
( Asetilolin, norodrenalin, dopomin 5 hidrox sitriptamin )


Serebellum Batang otak
Otak tengah, thallamus
Kontak peribri

`












Kejang yang berulang

Mekanisme koping
Individu tdk efektif